Rumah

Buat saya punya pasangan itu ibarat rumah seperti yang pernah saya tulis dengan judul “Pindah”. Kita mengisinya bersama dengan kenangan-kenangan yang pernah dilalui. Kita yang mengaturnya sedemikian rupa agar enak dilihat. Layaknya sebuah rumah, di situlah kita berdiam dan kembali pulang.

Jika berpacaran ibarat rumah, maka pasangan adalah partner kita. Dialah orang yang menunggu kita di dalam rumah itu, menunggu kita pulang tiap saat. Dan setia adalah peta yang mengarahkan kemana kita harus pulang.

Dalam perjalanannya setia memang tidak mudah. Karena semua orang berpotensi selingkuh. Yang pacaran jarak dekat saja diselingkuhi tidak tertutup kemungkinan yang LDR. Saya pernah mencoba LDR selama 1 tahun dan menurut saya tidak jauh berbeda dengan keadaan saat saya single. Hanya saja saya harus laporan setiap kegiatan saya pada mantan saya. Dan LDR tidak pernah berjalan mulus saat berhadapan dengan saya, sulit sekali. Daripada saya hanya menjalani hubungan semu karna tak pernah bertatap muka langsung dengannya, lebih baik saya akhiri hubungan itu.

LDR itu sulit, jangan ditambah sulit dengan berselingkuh, ngaku lagi. Ga perlu diperparah sampe ngasih sugesti kesetiaan : “Aku punya pacar lagi di sini, tapi tenang aja, kamu tetap orang yang akan mendampingiku di pelaminan” Hahaha.. sounds like bullshit to me. Itu ibaratnya dia tau rumah yang harus dituju yang mana, tapi dia nginep dulu di rumah tetangga (dan tetangganya itu ngerawat dia dengan baik ditemenin jalan-jalan, ditemenin makan, ditemenin tid.. *ilang sinyal*) karena rumah yang dituju belum jadi sementara kamu ada di dalam rumah yang belum jadi itu dan membangunnya dari awal untuk ditempati bersama dia. Gila ! Seputus asa itu kah sehingga harus mempertahankan hubungan seperti itu?

Kalo pacaran aja udah LDR dan dia ngaku ga setia apakah kamu masih mempertahankan dia karena dijanjikan menikah dengannya? Seyakin apa kamu dia ga akan ngulangin kelakuannya saat pacaran ketika kamu menikah sama dia nanti? Well i guest you very brave to take that risk.

Tapi ini bukan saya yang menjalani, kalian yang melaluinya. Dan saya hanya melihat dari sisi yang bisa saya lihat. Saya tentu tak berhak tau apa yang seharusnya tidak saya ketahui. Dan kemungkinan seperti itu pasti ada, bisa jadi itu faktor yang menentukan untuk menjalani hubungan kalian ke depan.
Saya tau sulitnya menjalani LDR dan tidak bertemu orang yang saya sayangi dalam waktu lama. Namun belum tentu kalian seperti itu. Intinya ada di diri kalian masing-masing, kata ibu saya kalo udah nikah itu ada salah satu pihak yang harus mengalah. Tetapi tidak setiap saat mengalah, itu penjajahan namanya.


Karena sebaik-baiknya rumah adalah hati yang terjaga. Rumah yang penghuninya sama-sama merasa nyaman berada di dalamnya. Dan saling menuntun agar tak tersesat menemukan jalan pulang.