Renungan Kematian dan Warisan yang Ditinggalkan

Akhir-akhir ini gue sering banget mikirin tentang kematian. Entah itu kematian diri sendiri, orang lain, bahkan streamer favorit gue. Semua kematian itu, ada 1 hal yang ujungnya sama: ketika kematian itu datang, dunia ga banyak berubah.

Bahkan ketika gue mikirin kematian, gue masih sempet overthingking: "ada ga ya yang sedih ketika gue meninggal?" Selain itu, gue juga mikirin "gimana ya nasib akun-akun gue ketika gue meninggal nanti?"

Gadget Berpassword

Semua gadget gue itu ada passwordnya, bahkan sampai laptop kantor. Ini gue lakuin demi menjaga keamanan datanya. Gue sangat insecure sama keamanan data apapun, apalagi keamanan data daring. Gue ga percaya pemerintah bisa ngamanin data pribadi masyarakatnya. Sebisa mungkin ga mau sembarangan ngasih data pribadi ke seseorang/institusi. Karna gue ga tau datanya bakalan dipake buat apaan.

Nah, semua password ini, cuman gue sendiri yang tau. Tidak ada orang lain, setau gue, yang bisa tau hal ini. Karna emang gue ga pernah ngasih tau kepada siapapun sejauh ini. Bahkan ke orang tua dan pasangan gue yang manapun, mereka ga pernah tau. Mungkin menebak-nebak ada, tapi mereka ga pernah ada yang tau beneran.

Gue memandang semua gadget gue sebagai barang pribadi dan ga mau sembarang orang bisa akses. Kalo udah namanya privasi, artinya ga ada 1 orang pun yang boleh nyentuh, kalo emang ga penting-penting banget. Satu sisi ini sangat menghargai privasi gue, tapi di sisi lain ini kekurangan karna orang lain ga bisa akses gadget gue dalam keadaan darurat. Ini yang gue takutkan.

Hampir semua aset digital gue ada di gadget yang gue punya. Semuanya diproteksi dan ga ada yang tau selain gue sendiri. Sekarang gue bingung gimana nyiapin cara agar orang lain bisa tetap akses semuanya ketika gue udah ga ada.

Oke sebelum ngebahas lebih jauh, gue perlu kasih tau beberapa hal.

Aset Digital: Akun Media Sosial

Pertama, beberapa aset digital gue ada yang menghasilkan pemasukan, Ada yang sedikit-sedikit, ada juga yang lumayan banget buat tambahan bulanan. Aset ini berupa akun media sosial yang gue bangun sendiri, terkadang berkolaborasi dengan individu tertentu, tapi mayoritas isinya adalah konten gue sendiri. Termasuk salah satunya adalah blog yang lagi lu baca ini.

Beberapa tahun ini, akun tiktok yang gue bangun sudah mulai menghasilkan pemasukan juga. Bahkan ketika gue udah jarang upload di sana, pemasukan masih tetap ada, tapi kecil. Akun tiktok ini menurut gue yang cukup potensial untuk diteruskan ketika gue udah ga ada. Sayangnya, sejauh ini menurut gue belum ada yang bisa bikin kontennya kayak gue.

Karena kontennya sebenarnya ga susah untuk dicari. Tapi meramu kontennya agar bisa sesuai kebijakan komunitas tiktok yang harus diperhatikan. Gue ragu ada yang bisa ngikutin cara gue, karena memang agak gak biasa untuk bikin kontennya. Gue nemu caranya secara otodidak. Sejauh ini, belum gue ajarin caranya ke siapapun karna ga ada yang mau juga kayaknya wahahahak!

Youtube gue juga sudah menghasilkan meskipun ga sebanyak orang-orang. Kecil-kecil karena memang jarang diupdate juga. Beberapa minggu ini doang yang baru rajin upload di youtube shorts lagi. Karena lebih mudah untuk dimirroring ke tiktok juga, jadi 1 konten untuk semua medsos biar ga ribet.

Blog ini dan yang satu lagi sayang banget kalo ditinggalin. Blog rangkaianabjad ini personal banget buat gue, kalo ga diupdate ketika gue ga ada juga gapapa sebenarnya. Let it die with its owner. Cuman blog yang satunya lagi itu masih punya potensi gede kalo rutin diupdate. Karna secara statistik Google Adsense duit yang masuk ke sana lebih gede daripada yang ini. Meskipun masih ga banyak lalu lintas ke blog itu.

Makanya selagi ada waktu untuk update di rangkaianabjad, akan selalu gue update minimal seminggu sekali. Gue akan memanfaatkan waktu yang ada untuk mewariskan lebih banyak kebaikan di blog ini. Meskipun ga semuanya kebaikan yang gue bagikan, harapan gue ke pembaca blog ini bisa ambil sisi positif di setiap tulisan.

Akun Investasi

Kedua, selain beberapa aset dan akun media sosial, gue juga punya akun investasi. Reksadana dan juga saham yang udah menghasilkan sedikit-sedikit. Terutama reksadana, karna di sana udah banyak uang yang gue masukin. Reksadananya juga udah gue setting untuk Manajer Investasi yang menghasilkan dividen tiap bulan. Meskipun nabungnya ga rutin tiap bulan, tapi dividen selalu masuk.

Kalo saham cuman pernah beberapa kali invest, mungkin karena males untuk riset jadi ga terlalu menghasilkan. Terlebih lagi kalo saham perlu modal yang cukup gede karna ada minimal pembelian 1 lot atau 100 lembar saham. Semakin premium level saham yang mau dibeli, makin gede modal yang diperlukan. Karna kalo beli 1 lot doang, menurut gue ga terlalu ngefek untuk dapat pemasukan dari dividennya.

Pengennya sih rutin lagi nabung di reksadananya, tapi masih ada rasa "sayang" untuk nanam uang di sana. Padahal kalo dipikirin jangka panjangnya, ga akan rugi-rugi banget juga.

Nah, reksadana sama saham ini yang perlu dipelihara. Karna bakalan kepake di masa depan, apalagi kalo bisa rutin sisihkan duit untuk ditanam di situ. Kalo gue ga ada, rasanya sayang kalo ga dilanjutin. Demi mewariskan kebaikan buat yang lain, mungkin mulai bulan depan gue akan mulai rutin nabung lagi di reksadana. Saham mungkin bisa per 3 bulan atau per 6 bulan sekali.

Tentu ada aset lainnya, tapi ga mungkin gue spill semua di sini.

Nah, harus diapakan semua aset ini ketika gue ga ada? Gue pengen mewariskan semuanya ke orang-orang yang emang ngerti ngurus semua aset ini. Ga perlu diwariskan ke 1 orang, bisa aja kebeberapa orang yang emang menguasai skill-nya masing-masing.

Tapi gue pengen orang yang megang bener-bener orang yang bisa dipercaya dan emang mengerti mau gue kayak gimana. Dia harus tau kalo gue banyak maunya dan dia juga ga masalah untuk itu. Gue banyak maunya karna gue emang selalu terencana untuk setiap hal.

Terlebih ini ada hubungannya sama duit. Ga mungkin gue nyerahin duit yang gue punya ke sembarang orang.  Sangat ga mungkin gue yang perfeksionis ini ngasih sesuatu ke orang yang skill-nya tanggung. Makanya gue rada aneh sama masyarakat yang udah bayar pajak ke negara tapi diem aja ketika pemerintahnya ga becus ngejalaninnya.

Gue sih udah ada catatan khusus nyimpan untuk id/username dan password untuk hampir semua aset digital dan duit yang gue punya. Tapi masih bingung gimana ngasih tau ke orang yang tepat tanpa ketahuan sama orang lain.

Kalo lu punya caranya, kabarin gue segera, ya!

Cara Desain Web yang Efektif Meningkatkan Tingkat Konversi

Desain web adalah aspek penting yang sering kali dilupakan dalam upaya meningkatkan tingkat konversi pengunjung. Banyak pemilik situs web yang fokus pada pengoptimalan SEO dan pemasaran digital, tetapi sering mengabaikan bagaimana desain situs mereka dapat memengaruhi pengalaman pengguna dan akhirnya, tingkat konversi. Salah satu cara terbaik untuk merancang situs yang efektif adalah dengan memahami peran desain dalam meningkatkan pengalaman pengunjung. Untuk mendapatkan solusi desain web yang optimal, Anda bisa mengunjungi https://webdesaintop.id/ sebagai referensi.

Pentingnya Desain Web dalam Pengalaman Pengguna

Desain web tidak hanya tentang tampilan visual tetapi juga berfungsi untuk memandu pengguna dalam pengalaman mereka di situs. Ketika pengunjung mengunjungi sebuah situs web, mereka segera menilai kredibilitas dan profesionalisme situs tersebut hanya berdasarkan desainnya. Jika tampilan situs terlihat tidak menarik, lambat untuk dimuat, atau membingungkan, pengunjung cenderung meninggalkan situs tersebut dan mencari alternatif lainnya.

Desain yang responsif, navigasi yang mudah dipahami, serta tata letak yang bersih dan terstruktur dengan baik dapat meningkatkan pengalaman pengguna. Pengalaman yang positif ini akan mendorong pengunjung untuk tetap lebih lama di situs Anda, berinteraksi dengan konten, dan yang terpenting, melakukan tindakan yang diinginkan, seperti melakukan pembelian atau mendaftar ke newsletter.

Salah satu cara untuk meningkatkan pengalaman pengguna adalah dengan memastikan bahwa situs web dapat diakses dengan baik di perangkat mobile. Mengingat bahwa sebagian besar pengunjung kini mengakses situs melalui ponsel pintar, desain yang ramah mobile menjadi elemen penting yang mempengaruhi keputusan pengunjung untuk tetap berada di situs Anda. Sebuah situs yang tidak responsif dan sulit digunakan di ponsel dapat menurunkan tingkat konversi secara signifikan.

Meningkatkan Konversi Melalui Elemen Desain yang Tepat

Setiap elemen desain di situs web Anda memiliki peran dalam memandu pengunjung menuju konversi. Beberapa elemen desain yang dapat meningkatkan tingkat konversi antara lain tombol panggilan untuk bertindak (CTA), warna, tipografi, dan pengaturan konten.

  1. Tombol Panggilan untuk Bertindak (CTA): Tombol CTA yang jelas dan mencolok akan memberi pengunjung petunjuk tentang apa yang harus mereka lakukan selanjutnya. Apakah itu membeli produk, mendaftar untuk buletin, atau mencoba demo gratis, tombol CTA yang efektif harus menonjol di halaman dan memberi instruksi yang jelas. Desain tombol yang sederhana dan langsung, serta penempatan yang strategis di halaman, dapat secara signifikan meningkatkan klik dan konversi.

  2. Warna: Pemilihan warna yang tepat sangat penting dalam desain web karena warna dapat mempengaruhi emosi pengunjung dan memotivasi mereka untuk mengambil tindakan. Misalnya, warna biru sering digunakan untuk menciptakan rasa percaya diri, sementara warna merah dapat memicu urgensi. Warna yang digunakan pada elemen penting seperti tombol CTA atau penawaran khusus dapat mengarahkan perhatian pengunjung ke area yang paling penting di halaman.

  3. Tipografi yang Menarik: Tipografi yang mudah dibaca dan konsisten juga berperan dalam meningkatkan pengalaman pengguna dan mendorong konversi. Gunakan font yang bersih dan sesuai dengan identitas merek Anda. Pastikan ukuran teks cukup besar untuk kenyamanan membaca, dan hindari font yang terlalu rumit atau sulit dibaca.

  4. Pengaturan Konten: Tata letak dan pengaturan konten yang jelas akan memudahkan pengunjung untuk menemukan informasi yang mereka butuhkan. Menyusun konten secara terstruktur dan mudah diakses, dengan penggunaan heading dan subheading yang tepat, akan memudahkan navigasi dan meningkatkan interaksi pengunjung dengan situs Anda. Hal ini dapat menghasilkan lebih banyak klik dan meningkatkan peluang konversi.

Meningkatkan Tingkat Konversi Melalui Desain Web yang Tepat

Desain web memainkan peran yang sangat besar dalam menentukan tingkat konversi pengunjung. Dengan memastikan situs Anda memiliki desain yang responsif, navigasi yang mudah, serta elemen-elemen desain yang memandu pengunjung menuju tindakan yang diinginkan, Anda dapat meningkatkan peluang konversi secara signifikan. Setiap elemen desain harus dipikirkan dengan matang untuk mendukung tujuan bisnis Anda dan memberikan pengalaman yang menyenangkan bagi pengunjung.

Untuk merancang situs web yang efektif dan meningkatkan konversi, pastikan Anda bekerja dengan tim desain yang ahli dan selalu mengutamakan kebutuhan pengunjung.

DISCLAIMER

Artikel ini mempromosikan link yang mengarahkanmu ke website dengan tampilan dan tema tulisan seperti di bawah. Jika kamu menemukan tampilan/tema website yang berbeda daripada tangkapan layar di bawah, segera informasikan di dalam kolom komentar.

Pemilik blog rangkaianabjad.com tidak bertanggung jawab terhadap isi konten yang ada di dalam website di atas yang berbeda dengan tampilan tangkapan layar di bawah. 

Pemilik blog rangkaianabjad.com tidak mendukung adanya perj*udian, permainan ketangkasan menggunakan uang dan harta benda lain, perilaku seksual menyimpang, perbuatan kejahatan dunia maya dan dunia nyata, aktivitas transaksi seksual, perundungan, penggunaan obat-obatan terlarang, psikotropika dan nark*otika dan hal negatif lainnya yang tidak diperbolehkan oleh Peraturan yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemilik blog rangkaianabjad.com berhak menghapus sebagian/seluruh artikel promosi ini tanpa pemberitahuan lebih dulu jika pengiklan melanggar kebijakan berpromosi yang berlaku di blog ini.


Film Terbaik yang Diadaptasi dari Buku Populer

Adaptasi film dari buku populer selalu menjadi daya tarik tersendiri bagi para penonton. Banyak penggemar yang penasaran apakah film tersebut mampu menampilkan cerita yang sama memikatnya dengan versi bukunya. Di dunia perfilman, banyak film besar yang diambil dari novel terkenal dan telah mencatatkan kesuksesan besar. Salah satu situs yang mengulas film-film terbaik adalah https://sukanonton.id/, yang menyediakan informasi dan rekomendasi tentang film-film unggulan.

Film Terbaik yang Diadaptasi dari Buku Populer

The Lord of the Rings: Karya Epik yang Membawa Fantasi ke Layar Lebar

Salah satu adaptasi buku yang paling terkenal dan sukses adalah "The Lord of the Rings". Buku karya J.R.R. Tolkien yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1954 ini mengisahkan petualangan epik di dunia fantasi Middle-earth. Dengan tema pertempuran antara kebaikan dan kejahatan, serta perjalanan seorang pemuda bernama Frodo Baggins yang berusaha menghancurkan cincin berbahaya, "The Lord of the Rings" menjadi salah satu saga yang tak terlupakan di dunia perfilman.

Film adaptasi dari trilogi buku ini disutradarai oleh Peter Jackson dan dirilis mulai tahun 2001. Dengan sinematografi yang menakjubkan, efek visual canggih, serta plot yang kuat, "The Lord of the Rings" berhasil meraih banyak penghargaan, termasuk 17 penghargaan Academy Award. Karakter-karakter seperti Aragorn, Gandalf, dan Legolas sudah menjadi ikon di dunia film. Keberhasilan trilogi ini tidak hanya karena cerita yang mendalam, tetapi juga karena film tersebut berhasil mempertahankan inti dari novel aslinya yang penuh makna filosofis.

Harry Potter: Kisah Penyihir Muda yang Mendunia

Tidak ada yang bisa melupakan fenomena global yang diciptakan oleh seri "Harry Potter". Buku pertama yang diterbitkan pada 1997 karya J.K. Rowling ini mengisahkan perjalanan seorang anak yatim piatu, Harry Potter, yang ternyata adalah seorang penyihir dan memiliki takdir besar untuk melawan penyihir gelap, Lord Voldemort. Keberhasilan buku ini memunculkan film adaptasinya yang dimulai pada tahun 2001 dan berlanjut hingga 2011.

Film "Harry Potter" menghidupkan dunia sihir yang menakjubkan dengan karakter-karakter ikonik seperti Harry, Hermione, dan Ron. Tidak hanya para penggemar buku yang tertarik, tetapi juga penonton yang belum pernah membaca buku pun merasa terhanyut dalam petualangan di dunia sihir. Dengan tujuh buku yang masing-masing dijadikan satu film, cerita Harry Potter berhasil menggambarkan tantangan dan perjuangan seorang anak muda yang harus menghadapi takdir yang penuh rintangan.

Film adaptasi ini tetap setia pada inti cerita dari buku aslinya, namun ada beberapa perubahan kecil yang membuat filmnya lebih menyesuaikan dengan durasi dan kecepatan cerita layar lebar. Meski begitu, "Harry Potter" tetap sukses besar di box office dan menjadi salah satu waralaba film terbesar sepanjang masa.

The Great Gatsby: Melankolis dan Keanggunan di Era Jazz

Beralih ke karya sastra klasik, "The Great Gatsby" adalah adaptasi film yang tidak kalah menarik. Buku karya F. Scott Fitzgerald ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1925 dan menggambarkan kehidupan masyarakat Amerika pada era 1920-an yang penuh kemewahan, alkohol, dan jazz. Cerita berfokus pada Jay Gatsby, seorang pria kaya yang terobsesi dengan cinta masa lalunya, Daisy Buchanan.

Film adaptasi yang dirilis pada tahun 2013 disutradarai oleh Baz Luhrmann dan dibintangi oleh Leonardo DiCaprio sebagai Jay Gatsby. Meskipun film ini mendapat beberapa kritik karena gaya penyutradaraannya yang berlebihan, banyak yang memuji kemampuan Luhrmann untuk menangkap esensi dari novel ini, terutama dalam menggambarkan kontras antara kehidupan mewah dan kerapuhan cinta yang dimiliki oleh Gatsby. Ditambah dengan musik dan visual yang kaya, "The Great Gatsby" memberikan pengalaman yang berbeda bagi penonton yang ingin merasakan kemewahan era 1920-an.

To Kill a Mockingbird: Adaptasi yang Menggugah Hati

Film ini merupakan adaptasi dari buku dengan judul yang sama karya Harper Lee, yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1960. Novel ini menceritakan tentang perjuangan seorang pengacara bernama Atticus Finch, yang membela seorang pria kulit hitam yang dituduh memperkosa seorang wanita kulit putih di Amerika Selatan pada era 1930-an. Film yang dirilis pada tahun 1962 ini mengangkat tema tentang keadilan, rasisme, dan moralitas yang tetap relevan hingga saat ini.

To Kill a Mockingbird dianggap sebagai salah satu film terbaik yang diadaptasi dari buku, dan karakter Atticus Finch, yang diperankan oleh Gregory Peck, menjadi salah satu ikon dalam sejarah perfilman. Penggambaran tentang keberanian dalam membela yang benar meski menghadapi tekanan sosial yang besar memberikan dampak mendalam bagi banyak orang, menjadikan film ini sebagai karya yang tak terlupakan.

Dari Buku ke Layar, Menghadirkan Cerita yang Tak Terlupakan

Adaptasi film dari buku memang menjadi salah satu cara terbaik untuk menghadirkan cerita luar biasa ke layar lebar. Film-film yang diangkat dari buku populer tidak hanya memberikan pengalaman visual yang luar biasa, tetapi juga menghidupkan dunia dan karakter-karakter yang telah dicintai oleh pembaca. Dari dunia fantasi "The Lord of the Rings", petualangan sihir "Harry Potter", hingga drama sosial dalam "To Kill a Mockingbird", adaptasi buku-buku ini berhasil menciptakan warisan budaya yang bertahan lama di dunia perfilman.

DISCLAIMER

Artikel ini mempromosikan link yang mengarahkanmu ke website dengan tampilan dan tema tulisan seperti di bawah. Jika kamu menemukan tampilan/tema website yang berbeda daripada tangkapan layar di bawah, segera informasikan di dalam kolom komentar.

Pemilik blog rangkaianabjad.com tidak bertanggung jawab terhadap isi konten yang ada di dalam website di atas yang berbeda dengan tampilan tangkapan layar di bawah. 

Pemilik blog rangkaianabjad.com tidak mendukung adanya perj*udian, permainan ketangkasan menggunakan uang dan harta benda lain, perilaku seksual menyimpang, perbuatan kejahatan dunia maya dan dunia nyata, aktivitas transaksi seksual, perundungan, penggunaan obat-obatan terlarang, psikotropika dan nark*otika dan hal negatif lainnya yang tidak diperbolehkan oleh Peraturan yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemilik blog rangkaianabjad.com berhak menghapus sebagian/seluruh artikel promosi ini tanpa pemberitahuan lebih dulu jika pengiklan melanggar kebijakan berpromosi yang berlaku di blog ini.



TRAUMA TRAUMA YANG BELUM SELESAI

Bersyukurlah kalian yang lahirnya di tahun 2000-an. Karna secara akses ilmu pengetahuan, sumber info dan hal lainnya jadi lebih mudah didapatkan. Ibaratnya waktu gue lahir, ilmu pengetahuan terbatas banget aksesnya. Internet masih sulit, handphone masih jarang-jarang yang punya. Laptoppun masih mahal banget waktu itu, sebiji masih sekitar 20 juta-an.

Ketika udah tahun 2000-an aksesnya sedikit demi sedikit mulai terbuka. Teknologi jadi makin maju, ilmu pengetahuan makin berkembang. Orang-orang pun jadi lebih tau dunia mereka yang ternyata ga sebatas lingkungan sekitarnya aja. Semakin tinggi teknologinya, semakin kita sadar kalo ternyata dunia ini ada banyak banget hal yang bisa dipelajari.

Berkat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini, gue jadi tau mental health sama pentingnya dengan physical health. Waktu gue kecil mana ngerti mental mental begini. Taunya cuma kesehatan fisik doang, karna kalo fisik sakit tu berasa, tapi kalo mental "sakit" itu ga ada rasanya.

Pertama kali tau

Mungkin cuma sejak 5 tahun terakhir gue baru tau kalo ternyata mental health itu akan ngaruh ke fisik kita juga. Perkara rendah diri aja, itu udah tanda mental health ga baik. Gue dulu sangat-sangat insecure sama diri sendiri. Rendah diri bikin gue jadi ga bisa berkembang.

Karena rendah diri, gue jadi gampang banget tersinggung sama perkataan orang lain. Akhirnya gue susah untuk akrab sama temen. Bikin gue jadi keliatan kekanak-kanakan di hadapan orang lain. 

Selain gampang tersinggung, gue juga jadi cemburuan sama pacar sendiri. Apalagi dia posisinya udah kerja, sedangkan gue masih kuliah, lulusnya telat lagi. Bikin makin insecure dan akhirnya tercermin dari respon gue ngeliat suatu hal. Selalu marah klo dia deket sama cowo lain. Curigaan mulu setiap kali dia telat balas chat atau ga angkat telpon. Semacam itu lah pokoknya, klo dipikir-pikir kasian juga pacar gue waktu itu.

Dari insecure itu, gue mulai menyadari kalo ada yang salah dalam diri ini. Gue mikir "harusnya gue ga begini, nih!". Gue sadar setelah ngerasa kayaknya udah mulai ganggu di kepala gue. Pikiran negatif mulu, aura jadi jelek, kayak kemana-mana tu ada energi warna item ngelilingin badan gue.

Sejak saat itu, pelan-pelan gue benahi mindset di kepala. Ga mudah, karena pengaruh terkuat yang bikin gue insecure adalah orang rumah itu sendiri. Perkataan mereka waktu gue kecil, berdampak sama gue tapi mereka ga sadar akan hal itu. Kata-kata sederhana seperti "emang kamu bisa kayak gitu?" ketika gue nyobain gitar nganggur, masuk ke kepala gue.

Kata-kata yang akhirnya bikin gue sampe hari ini males belajar gitar dan alat musik lainnya. Karna belum apa-apa aja udah diremehkan duluan sama mereka. 1 kejadian yang nempel banget sama core memory gue sampe sekarang: mau masuk sekolah bola.

Lu baca aja ceritanya di situ, intinya sih mereka ga ngizinin gue untuk masuk sekolah bola, ikut tesnya pun ga. Padahal, kalo dipikir-pikir, ga ada salahnya ngizinin untuk ikutan tes dulu. Toh, ga serta merta diterima juga kalo udah ikut tes-nya, kan? Biarkan gue ikut aja dulu, ga perlu dibantah dan ngebunuh mimpi gue duluan.

Mereka tu ga pengen gue ngelakuin kesalahan, seolah-olah ngelakuin kesalahan itu kayak aib. Padahal ngelakuin kesalahan adalah bagian dari pembelajaran. Kalo orang ga pernah berbuat salah, artinya itu orang ga pernah bejalar, dong? Kalo ga pernah belajar, gimana orang itu bisa punya bekal untuk hidup?

Balik lagi ke trauma yang belum selesai.

Mulai "merasa"

Semakin ke sini gue semakin sadar kalo seseorang dibentuk oleh masa lalunya. Ketika mencoba mengenali diri sendiri, gue ketemu hal lain. Gue menyadari kalo selama ini gue lebih suka jadi pendengar daripada pencerita. Karna dari rumah, cerita gue ga pernah didengar dengan baik. Dibilang diabaikan juga ga, tapi setiap gue cerita tu kayaknya ga menarik untuk dibahas sama orang rumah.

Setiap pendengar yang baik, bisa jadi dia adalah pencerita yang tidak didengarkan.

Mungkin itu juga yang bikin gue lebih suka nulis daripada ngomong sama orang. Takut ga didengerin takut ga menarik cerita yang gue omongin. Pada akhirnya gue jadi ga terbiasa untuk ngomong lancar. Berbicara jadi tergagap gagap, meskipun ga gagu juga. Tapi gue cukup kesulitan merangkai kata dengan benar ketika ngobrol sama orang.

Hal ini cukup mengganggu gue, terlebih kalo lagi ngobrol sama orang baru, termasuk interview kerja.  Untungnya interview kerja itu masih bisa diatur kata-kata apa aja yang harus dikeluarkan. Meskipun masih agak gagap, tapi masih bisa gue kendalikan.

Dengan demikian ada kesimpulan lain: pencerita yang baik, adalah dia yang didengarkan dengan baik.

Jadi bekal masa depan

Kebiasaan untuk tidak boleh berbuat salah, menjadikan gue orang yang takut untuk mengambil inisiatif. Takut disalahkan, takut nanti jika salah malah jadi aib. Akhirnya membuat gue jadi orang yang penakut untuk mengambil keputusan, bahkan untuk diri sendiri. Ketakutan itu membuat gue jadi pribadi yang mudah untuk over thinking terhadap sesuatu.

Bahkan sampai sekarang gue masih dihantui sama perasaan-perasaan itu. Meskipun sudah jauh berkurang daripada 5 tahun sebelumnya. Perasaan takut salah yang paling jadi momok buat gue. Mungkin karena sejak kecil sering dijadikan pelampiasan dan inisiatif gue selalu dianggap sebuah pembangkangan.

Trauma-trauma masa kecil itu yang membuat gue makin sadar bahwa orang lain pun juga mengalami hal yang sama. Pada akhirnya membuat gue jadi lebih simpati sama perasaan mereka. Meskipun masih sering dianggap egois, sedikit demi sedikit gue bisa memahami keadaan orang lain. Gue ga selalu "memakaikan baju gue ke orang lain" ketika mendengarkan seseorang bercerita tentang hidupnya.

Kita ga bisa mengubah kebiasaan seumur hidup dalam waktu singkat. Perlu penyesuaian dan pembiasaan untuk bisa punya mindset yang baru. Apalagi "racunnya" masih ada di dekat kita, pasti memengaruhi cepat atau lambatnya proses pembiasaan kita. Sebisa mungkin menghindari kontak dengan racunnya agar proses pembiasaan jadi lebih cepat.

Keadaan ini juga bikin gue makin mengerti cara dunia bekerja, setidaknya untuk diri gue sendiri. Ketika ada racun yang mencoba masuk ke dalam diri ini, sekarang sebisa mungkin diantisipasi agar tidak terlalu banyak masuk. Ketika ada keadaan tidak bisa diubah, maka kita yang harus beradaptasi untuk bisa menyesuaikan keadaan. Agar sesuatu yang beracun tadi tidak banyak mempengaruhi kita, setidaknya tidak sebanyak dulu.

Sekarang, racun-racun yang sudah mengendap dalam tubuh ini, akan gue jadikan tempat belajar. Setiap momen, setiap kejadian yang terekam dama core memory gue selama ini, akan gue jadikan bekal untuk jadi orang tua yang lebih baik buat anak-anak gue. Orang tua gue, akan gue jadikan panutan, untuk tidak sepenuhnya menjadi mereka.

Gue sadar tidak ada orang tua yang sempurna. Ada kelebihannya ada kekurangannya. Mungkin mereka bikin gue kayak gini tanpa sadar. Tapi, mereka juga membuat gue punya kelebihan lain yang ga semua anak bisa miliki. Itu akan gue ceritakan di tulisan yang lain aja, biar kita ada pembahasan lainnya.

Buat lu yang punya orang tua mirip-mirip kayak gue, bersyukurlah. Lu udah punya contoh untuk ga jadi kayak mereka di masa depan.

Cerita Yang Mengiritasi Hati

Beberapa waktu lalu temen gue sempet cerita soal kerjaannya. Sebagai pendengar yang baik, gue mencoba menyimak ceritanya. Cerita yang membuat gue jadi lebih simpatik sama orang-orang yang kerja kantoran, termasuk gue sendiri. Ternyata, ga cuma gue yang berjuang bertahan dengan kerjaan yang sekarang.

Awalnya dia cerita kalo kerjaannya ini adalah kerjaan impiannya selama ini. Kerja sesuai skill dan keahliannya dengan gaji yang dia harapkan. Gue happy banget ketika dia cerita hal itu, ga ada yang lebih menyenangkan ketika kerja sesuai keahlian kita. Apalagi skill-nya dihargai sesuai dengan keinginan kita. 

Ga cuman itu aja, atasannya juga sangat supportif buat dia. Gue yang pernah ngerasain kerja bareng atasan toksik, lagi-lagi seneng banget denger ceritanya. Ga ada kerjaan yang lebih baik daripada atasan yang pengertian dan suportif sama bawahannya. 

Izin untuk ga masuk kerja juga gampang, ga perlu alasan bertele-tele. Kalo sakit tinggal lampirkan surat izin sakit, tetap dihitung masuk kerja. Enak banget, kan, lu ngebacanya? Kantor impian lu banget ga? Gue juga sebahagia itu ketika denger ceritanya.

Terlihat sempurna sekali untuk sebuah tempat kerja. Tapi tentu saja tidak ada yang sempurna di dunia ini. Kesempurnaan hanya milik Tuhan, dan manusia adalah tempatnya salah. Seideal-idealnya kemauan kita, tetap aja ada yang bikin terlihat ga ideal.

Dia bilang kalo ada beberapa kebijakan kantornya yang kurang sesuai. Gue ga bisa spill semuanya. Salah satunya adalah kebijakan 6 hari kerja yang menurut dia cukup mengganggu. Karna buat dia, 6 hari kerja itu ga efektif, terlebih kerjaan dia yang lebih sering berurusan dengan pemerintahan.

Sebagai orang yang mendukung prinsip "makin sedikit hari kerja, makin produktif seorang karyawan", kerja 6 hari terlalu banyak, setidaknya menurut gue. Makanya ketika ada kebijakan WFA/WFH/5 hari kerja yang diiterapkan ke ASN, bikin gue iri. Kayaknya dia begitu juga, deh.

Dia bilang kalo dia terpaksa untuk ngikutin kebijakan itu meskipun terlihat ga adil. Ga adil karena kantornya ga ngikutin kebijakan pemerintah. Dia ga bisa berbuat apa-apa karna bisa jadi kalo protes karirnya jadi terancam. Tapi kalo ga berbuat apa-apa rasanya kayak terdzalimi gitu katanya.

Gue paham sih perusahaan itu punya peraturannya masing-masing. Tapi bukankah lebih gampang ngikutin kebijakan pemerintah aja, daripada harus repot bikin aturan sendiri? Kebijakan yang ribet, bikin birokrasi jadi ribet juga. Menyederhanakan kebijakan, mempermudah gerak karyawan.

Kalo alasannya mau ngikutin operasional perusahaan, ga bisa dibenarkan 100% juga. Soalnya kerjaannya ga terikat sama operasional anak perusahaan secara langsung. Jadi tetap ga masuk akal kalo kebijakan libur ini karna mau ngikutin operasional perusahaan.

Kayaknya sih, kalo kantornya nerapin kebijakan 5 hari kerja, dia ga akan se-cranky ini. Dia lebih bisa memaklumi kebijakan-kebiajakan lain, tapi untuk hari kerja ini cukup kekeuh kalo dia lebih suka 5 hari kerja daripada 6.

Sayang banget, padahal ini adalah tempat yang menurut dia paling sesuai sama skill dan keahlian yang dia miliki. Tidak ada yang ideal dan sempurna di dunia ini. Selalu ada kurang dan lebihnya. Kita cuman perlu mencari kekurangan yang bisa kita tolelir aja.

Gue cuman berharap ada hidayah yang turun sama direksi untuk bisa mengubah kebijakan ga adil ini. Setidaknya ga adil buat dia. Ketidakadilan ini cukup mengiritasi hatinya katanya, anjay puitis bet orang cranky!

Katanya sih, dia masih ngasih kesempatan buat kantornya ini. Setidaknya untuk 1-2 tahun ke depan. Kalo masih ga ada perubahan juga, mungkin dia akan cari tempat lain yang lebih manusiawi. Meskipun dia ragu melihat budaya kerja di kantornya bakalan bisa terealisasi 5 hari kerja itu.

Menurut gue, sebenarnya agak dilema juga nyari kerjaan baru ngeliat umurnya sekarang. Karna seharusnya umur segitu dia udah punya posisi yang stabil dan enak di kerjaan. Tapi, kenyataan mengatakan berbeda, dia masih berjuang di posisi staff. Posisi ini sebenarnya udah cukup nyaman buat dia.

Kalo ngedenger dari ceritanya dia, sih, rasanya dia kayak terdzalimi gitu. Gue bisa ngerti perasaannya. Karna memang ga bisa ngapa-ngapain untuk bisa menggoyang kebijakan perusahaan yang udah lama begitu. Apalagi dia relatif baru kerja di sana, bisa jadi suaranya ga bakalan didengerin sama direksi.

Katanya sih, dia bakalan berdoa tiap hari biar kebijakan ga manusiawi ini bakalan berubah. Karna menurutnya doa orang terdzalimi bakalan cepet terkabul. Gue ketawa sih dengernya, bukan ngejek, tapi melihat ironi yang dia hadapi.

Semoga doa orang terdzalimi dan teraniaya bisa cepat dikabulkan.