Semua orang suka sekali menonton tv. Siapapun, dari anak bayi sampai kakek-kakek suka. Termasuk saya. Waktu kecil rasanya sulit sekali beranjak dari tv barang semenit saja. Seolah-olah kalo kita beranjak kita bakal ketinggalan momen bersejarah dalam hidup. Segitu ga bisa pisanya sama tv sampe kaya gitu. Tapi itulah yang ada dalam pikiran saya waktu kecil. Ibu sering sekali memarahi saya karna lebih sering menatap televisi daripada buku pelajaran. Emang bandel saya ini, hahaha.
Designed by Freepik
Tapi itu dulu. Semenjak kuliah saya sudah jarang menonton tv. Pertama karena faktor tv-nya yang ga ada di kamar kos saya, hahaha. Kedua karna acara tv sekarang, menurut saya, udah ga sebagus dulu. Saya kehilangan selera menonton tv. Saya cuma menonton tv kalo di rumah, itupun saat ada pertandingan bola, selebihnya paling nonton berita-berita olahraga.
Tapi itu dulu. Semenjak kuliah saya sudah jarang menonton tv. Pertama karena faktor tv-nya yang ga ada di kamar kos saya, hahaha. Kedua karna acara tv sekarang, menurut saya, udah ga sebagus dulu. Saya kehilangan selera menonton tv. Saya cuma menonton tv kalo di rumah, itupun saat ada pertandingan bola, selebihnya paling nonton berita-berita olahraga.
Zaman dulu, memang sudah ada tontonan untuk anak remaja kaya sekarang. Tapi kualitasnya jelas lebih baik tontonan zaman dulu. Sebut saja dulu ada telenovela Amigos, atau Maria Belen. Yang dari dalam negeri ada Lorong Waktu yang tayang biasanya tiap bulan Ramadhan. Saya adalah fans berat serial Lorong Waktu ini, saya kecewa ketika Lorong Waktu sudah tidak ada kelanjutannya lagi berhenti di season yang ke 5 atau 6 kalau tidak salah.
Memang sekarang Lorong Waktu ditayangkan ulang. Tapi jam tayangnya sangat tidak tonton-able. Ditayangkan jam 4 pagi. Padahal bagus tapi anak mana yang nonton tv jam 4 pagi coba? Saya sih nonton, tapi itu juga gara-gara belum bisa tidur semalaman.
Saya sudah sering ngeluh di sini soal acara tv yang makin lama makin ga ada isinya. Dan saya juga bingung gimana lagi caranya agar paling tidak mengurangi durasi acara reality show yang sebenernya juga ga masalah kalo ga kita tonton. Kaya pacaran, ga mesti makan di restoran mewah. Sesekali boleh, tapi kalo keseringan kan agak gimana gitu ya.
Dan saya ga asal tulis, kok. Faktanya hampir di semua kategori siaran TV di Indonesia ini di bawah standar KPI. Dari hasil penelitian yang dilakukan KPI pada bulan Maret-April 2015 yang lalu, didapatkan hanya 2 dari 9 kategori yang memenuhi standar siaran KPI.
KPI bekerjasama dengan Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) di 9 perguruan tinggi di 9 kota di Indonesia untuk melakukan penelitian ini. Dengan jumlah 90 orang ahli dari 9 kota maka total jumlah responden adalah 810 orang. 9 kota tersebut adalah Medan, Jakarta, Semarang, Yogya, Surabaya, Denpasar, Banjarmasin, Makassar, dan Ambon. Perguruan tinggi yang bekerjasama dengan KPI untuk melakukan penelitian ini adalah :
1. Universitas Airlangga
2. Universitas Diponegoro
3. Universitas Syarif Hidayatullah
4. Universitas Sunan Kalijaga
5. Universitas Hasanuddin
6. Universitas Lambung Mangkurat
7. IAIN Ambon
8. Universitas Udayana
9. Universitas Sumatera Utara
Dari total 9000 program acara tv yang ada, diambil 45 sebagai sampel. Kemudian dibagi menjadi 9 kategori program acara yang akan dinilai indeks standar kualitas siarannya. Dengan skala 1 sampai dengan 5 dimana 4 adalah standar minimum yang harus dicapai.
9 kategori itu adalah religi, budaya/wisata, talkshow, berita, komedi, anak-anak, variety show, sinetron/ftv/film, infotainment. Cuma kategori religi dan budaya/wisata saja yang indeksnya di atas 4. Peringkat 2 terbawah diduduki sinetron/ftv/film dengan indeks 2,51 dan infotaintment 2,34. Indeks rata-rata dari 9 kategori ini cuma 3,25. Artinya kualitas siaran tv di Indonesia masih perlu diperbaiki agar bisa sesuai dengan standar KPI.
Jadi saya memilih opsi lain. Saya sendiri yang harus masuk ke dalam dunia ini. Dengan harapan nantinya saya bisa sedikit demi sedikit mengubah kualitas siarannya. Terlalu muluk? Mungkin tapi kalo bukan kita siapa lagi? Saya sudah lelah melihat tontonan yang tidak lebih baik dari kartun Doraemon tapi ditayangkan tiap hari sementara Doraemon cuma seminggu sekali.
Saya sih ngerasa udah saatnya saya yang bertindak langsung di bagian produksi suatu siaran. Caelah bahasanyee.. Hahaha. Ya emang sih latar pendidikan saya ga berhubungan sama dunia siaran. Tapi kalo nunggu orang lain yang ngebenerin kelamaan, keburu makin jelek nanti. Kaya nungguin gebetan nembak duluan eh tapi ujung-ujungnya ditinggal nikah, kan pahit.
Kalo saya masuk ke bagian berita, saya mencoba menyajikan berita yang berimbang dan tidak memihak atau mewakili kepentingan orang lain. Soalnya saya orang yang idealis, dan menurut saya, jadi jurnalis itu ideal tidak memihak sisi manapun. Kalo saya masuk ke program infotaintment saya akan mencoba menyajikan lebih banyak fakta dan sisi lain seorang publik figur. Dibandingkan dengan hanya sekadar membahas gosip-gosip yang menerpanya.
Keliatannya gampang banget, ya nulisnya. Saya yakin kalo saya masuk praktiknya ga segampang ini, hahaha. Ya namanya juga mimpi, sa-sah aja dong mau kaya gimana mimpinya, hehehe. Ada banyak faktor yang belum saya tau, soalnya saya belum masuk ke industrinya.
Niat saya dulunya pengen masuk NET. tapi setelah diliat-liat sepertinya pengalamana saya masih cetek untuk masuk ke sama. Rata-rata persyaratan masuk ke sana IPK-nya mesti 3,00 sementara saya kurang dari itu, hehehe. Lagian kenapa harus mengutamakan IPK 3, sih, Pak? Ga bisa kurang dikit? *nawar*
Walaupun begitu tetap tak menyurutkan niat saya untuk mewujudkan mimpi agar bisa memperbaiki kualitas siaran TV di Indonesia.
Semoga semesta (caelah hahaha) mendukung saya untuk bisa mewujudkan mimpi ini. Agar bangsa Indonesia bisa mendapatkan tontonan TV yang berkualitas seperti saat saya kecil dulu. Aamiin.
*Untuk lebih lengkap membaca mengenai masalah survei KPI tadi, kalian bisa download pdf-nya di situs resmi KPI.
*sumber gambar freepik.com dan capture dari handout penelitian survei indeks kualitas program acara KPI
Saya sudah sering ngeluh di sini soal acara tv yang makin lama makin ga ada isinya. Dan saya juga bingung gimana lagi caranya agar paling tidak mengurangi durasi acara reality show yang sebenernya juga ga masalah kalo ga kita tonton. Kaya pacaran, ga mesti makan di restoran mewah. Sesekali boleh, tapi kalo keseringan kan agak gimana gitu ya.
Siaran TV di Indonesia di bawah standar KPI
Pengen ngeluh ke KPI juga ga ngebantu banyak. Mereka cuman bisa ngasih teguran, paling banter ngeberhentiin acaranya. Dan tv sekarang pinter ngakalinnya, mereka ganti namanya tapi formatnya sama, hahaha. Susah kan? Kalo udah masalah rating dan bisnis ga bisa dilawan, deh.Dan saya ga asal tulis, kok. Faktanya hampir di semua kategori siaran TV di Indonesia ini di bawah standar KPI. Dari hasil penelitian yang dilakukan KPI pada bulan Maret-April 2015 yang lalu, didapatkan hanya 2 dari 9 kategori yang memenuhi standar siaran KPI.
KPI bekerjasama dengan Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) di 9 perguruan tinggi di 9 kota di Indonesia untuk melakukan penelitian ini. Dengan jumlah 90 orang ahli dari 9 kota maka total jumlah responden adalah 810 orang. 9 kota tersebut adalah Medan, Jakarta, Semarang, Yogya, Surabaya, Denpasar, Banjarmasin, Makassar, dan Ambon. Perguruan tinggi yang bekerjasama dengan KPI untuk melakukan penelitian ini adalah :
1. Universitas Airlangga
2. Universitas Diponegoro
3. Universitas Syarif Hidayatullah
4. Universitas Sunan Kalijaga
5. Universitas Hasanuddin
6. Universitas Lambung Mangkurat
7. IAIN Ambon
8. Universitas Udayana
9. Universitas Sumatera Utara
Dari total 9000 program acara tv yang ada, diambil 45 sebagai sampel. Kemudian dibagi menjadi 9 kategori program acara yang akan dinilai indeks standar kualitas siarannya. Dengan skala 1 sampai dengan 5 dimana 4 adalah standar minimum yang harus dicapai.
9 kategori itu adalah religi, budaya/wisata, talkshow, berita, komedi, anak-anak, variety show, sinetron/ftv/film, infotainment. Cuma kategori religi dan budaya/wisata saja yang indeksnya di atas 4. Peringkat 2 terbawah diduduki sinetron/ftv/film dengan indeks 2,51 dan infotaintment 2,34. Indeks rata-rata dari 9 kategori ini cuma 3,25. Artinya kualitas siaran tv di Indonesia masih perlu diperbaiki agar bisa sesuai dengan standar KPI.
Jadi saya memilih opsi lain. Saya sendiri yang harus masuk ke dalam dunia ini. Dengan harapan nantinya saya bisa sedikit demi sedikit mengubah kualitas siarannya. Terlalu muluk? Mungkin tapi kalo bukan kita siapa lagi? Saya sudah lelah melihat tontonan yang tidak lebih baik dari kartun Doraemon tapi ditayangkan tiap hari sementara Doraemon cuma seminggu sekali.
Saya sih ngerasa udah saatnya saya yang bertindak langsung di bagian produksi suatu siaran. Caelah bahasanyee.. Hahaha. Ya emang sih latar pendidikan saya ga berhubungan sama dunia siaran. Tapi kalo nunggu orang lain yang ngebenerin kelamaan, keburu makin jelek nanti. Kaya nungguin gebetan nembak duluan eh tapi ujung-ujungnya ditinggal nikah, kan pahit.
Kalo saya masuk ke bagian berita, saya mencoba menyajikan berita yang berimbang dan tidak memihak atau mewakili kepentingan orang lain. Soalnya saya orang yang idealis, dan menurut saya, jadi jurnalis itu ideal tidak memihak sisi manapun. Kalo saya masuk ke program infotaintment saya akan mencoba menyajikan lebih banyak fakta dan sisi lain seorang publik figur. Dibandingkan dengan hanya sekadar membahas gosip-gosip yang menerpanya.
Keliatannya gampang banget, ya nulisnya. Saya yakin kalo saya masuk praktiknya ga segampang ini, hahaha. Ya namanya juga mimpi, sa-sah aja dong mau kaya gimana mimpinya, hehehe. Ada banyak faktor yang belum saya tau, soalnya saya belum masuk ke industrinya.
Niat saya dulunya pengen masuk NET. tapi setelah diliat-liat sepertinya pengalamana saya masih cetek untuk masuk ke sama. Rata-rata persyaratan masuk ke sana IPK-nya mesti 3,00 sementara saya kurang dari itu, hehehe. Lagian kenapa harus mengutamakan IPK 3, sih, Pak? Ga bisa kurang dikit? *nawar*
Walaupun begitu tetap tak menyurutkan niat saya untuk mewujudkan mimpi agar bisa memperbaiki kualitas siaran TV di Indonesia.
Semoga semesta (caelah hahaha) mendukung saya untuk bisa mewujudkan mimpi ini. Agar bangsa Indonesia bisa mendapatkan tontonan TV yang berkualitas seperti saat saya kecil dulu. Aamiin.
*Untuk lebih lengkap membaca mengenai masalah survei KPI tadi, kalian bisa download pdf-nya di situs resmi KPI.
*sumber gambar freepik.com dan capture dari handout penelitian survei indeks kualitas program acara KPI
Sependapat. Saya juga suda lama vakum dari nonton tv. Palingan yang enak ditonton itu acara stand up kompas tv. Hehe.
ReplyDeleteHaha saya juga jarang nonton stand up sekarang.
ReplyDeleteDulu mah tiap hari nonton kalo bisa.
Sama nih. Dulu acara2 tipi bagus2. anime nya banyak, sinetron jg bagus tu kayak si Doel. skrg malah anak jalanan, katakan putus, rumah uya, udah ga karuan. gue jd beralih nonton laptop
ReplyDeletehaha iya bener..
ReplyDeletemending lari ke laptop nonton koleksi film favorit.
sekarang lebih seru nontonin timeline gebetan daripada nonton tv hahaha
Makanya lebih suka donlot drama korea, jepang, sama serial barat, lebih seru dan manjain mata.. Hehehe
ReplyDeleteHAhaha tapi kan di tv ada juga serial korea, ga perlu download sebenernya
Deleteiya yah acara tipi dulu itu seru-seru....
ReplyDeletedari segi bahasa juga lebih enak didenger..
yang sekarang tipi serinya banyak yg gak mendidik
begitulah.. sekarang yang lebih utama itu bisnis.
Deletekarna bisnis lalu banyak yang dikorbankan deh jadinya.
ya tapi ya.. pulang kerja pasti stel tv, mau gak mau ya ke tonton juga tuh yang dua koma sekian, nonton berita juga gak gitu informatif sekatang isinya kecenderungan mulu
ReplyDeletehaha makanya males nonton tv kan? kalo ga berubah juga, lama-lama bakalan langganan saluran tv berbayar deh biar bisa milih2 channelnya hahah
DeleteGue udah jarang banget nonton TV, sih. Ya, palingan Net sama Kompas aja. Dan bola. Ehehe.
ReplyDeleteAnjir, gue tau banget tuh Lorong Waktu. Zaman SD apa. Terus Kiamat Sudah Dekat juga keren. :D
Emang banyak nggak pentingnya sekarang. Acara talkshow, tapi ujung-ujungnya gosip gak penting. Ahaha. Entah apa faedahnya buat yang nonton.
Iya tuh. Di Indonesia kalo mau ngelamar kerja yang dilihat lebih dulu pasti IPK, padahal mah pas kuliah (isi sendiri). Haha. :))
Kalo lu tau Lorong Waktu barti lu tua hahaha.. Soalnya itu lumayan jadul acaranya.
ReplyDeleteHush! Masalah proses buat dapetin IPK-nya mah perusahaan ga mau tau kale hahaha. Yang penting kan sesuai sama persyaratan administrasi mereka.
Mau ga mau kita mesti ngikut peraturan mereka kalo mau dpt kerjaan.