Hidup di Indonesia itu udah susah, malah bikin makin susah pake ngide milih Prabs dan Gibs jadi presiden 5 tahun ke depan. Tambah susah lagi kalo kamu statusnya guru honororer di daerah pedalaman.
Jujur gue sedih dan kasian sama profesi guru ini.
Udah mah dituntut jadi ujung tombak perbaikan generasi emas, harus kreatif dan mandiri, tapi gajinya kayak bukan pekerjaan penting. Dianggap enteng aja sama pemerintah.
Tanggung jawab yang begitu besar ga diimbangi dengan kompensasi yang setimpal.
Sampai pada akhirnya muncul salah satu twit di X yang terlihat membenturkan profesi guru dengan profesi lainnya. Lebih tepatnya antara profesi guru dan live streamer youtube.
Menurut gue ini 2 hal yang terlihat sama, tapi ditabrakin dan bikin orang punya persepsi yang berbeda terhadap 2 profesi ini. Akhirnya bikin diskusinya bergeser ke arah yang ga produktif.
So, here's my 2 cents about this:
Intermezzo
Gue ga cuman ketemu guru dari sekolah formal doang. Gue juga ikutan les di luar sekolah, di Primagama dan Ganesha Operation, sebutannya tentor/mentor. Gue rispek sama mereka, karna ngajarin gue ilmu baru yang ga ada di sekolah. Terutama tentor bahasa Indonesia, sih. Masuk banget di gue belajarnya dan kepake ilmunya sampe sekarang.
Gue suka mata pelajaran Bahasa Indonesia karena pengaruh guru dan tentor yang ngajarin. Guru Bahasa Indonesia gue di SMP dulu baik banget ngasih nilai kalo lagi ulangan. Setiap ulangan Bahasa Indonesia pas SMP nilai gue ga pernah di bawah 75 dari 100. Meskipun ga pernah nyampe 100, tapi bangga banget gue bisa punya nilai setinggi itu.
Guru SMA gue bahkan punya cara ngajar yang berbeda dari guru lainnya. Dia ngajak anak muridnya untuk selalu update tentang kejadian sehari-hari di sekitar kita dan mengutarakan pendapat terhadap hal tersebut. Minimal sehari sebelum pelajaran itu gue baca-baca berita yang lagi viral saat itu untuk dibahas.
Salah satu tentor favorit gue waktu les juga ngajar Bahasa Indonesia. Ngajarnya biasa aja, cuman karena mukanya mirip Ian Kasela dan seru kalo dia lagi ngajar, jadinya santai banget dan malah ngerti jadinya.
Dengan begitu banyak pengalaman menyenangkan terkait guru-guru ini, sangat tidak mungkin gue ngeremehin kemampuan mereka.
Gue pribadi mengakui, ngajarin anak orang itu susahnya minta ampun! Karena gue sadar, diri sendiri juga susah diajarinnya wahahaha!
Makanya gue sedih dan kecewa ketika tau ada guru yang dapat gaji yang sangat-sangat ga sesuai sama tugasnya. Apalagi di zaman sekarang, masih ga nyangka ada guru yang digaji cuman 66.000 sebulan. Cukup buat apa itu sebulan? Sedih banget gue!
Gaji guru tanggung jawab siapa?
Gue akui twitter memang membuka ruang-ruang diskusi baru terkait banyak isu. Diskusi terkait kesejahteraan guru ini sebenarnya bukan hal baru lagi. Udah sejak lama kita prihatin sama kesejahteraan guru yang seolah-olah diabaikan sama pemerintah.
Gue yakin kita udah sepakat soal itu.
Tapi, entah kenapa ada oknum yang justru menyerang ke target yang ga akurat. Gaji guru yang kecil, dibandingkan dengan youtube streamer yang kata dia, "cuman live 2 jam udah bisa dapat jutaan". Pernyataan ini yang jadi pemicu gue untuk merespon.
Pertama, gaji guru honorer yang kecil itu tanda pemerintah absen dalam mensejahterakan profesi guru. Kesejahteraan guru sebagian besar merupakan tanggungjawab dari pemerintah. Kenapa? Karena mereka yang ngeluarin kebijakan dan menerapkan aturan.
Kalo pemerintahnya ga bisa ngasih kebijakan yang berpihak sama tenaga pendidik, jelas aja kesejahteraan gurunya masih rendah. Kalo pemerintahnya ga bisa menerapkan aturan yang tegas terhadap instansi pendidikan, mana bisa menjamin kesejahteraan gurunya?
Sekarang kenapa banyak tenaga pendidikan yang ga mau ditempatkan di daerah pelosok?
Karena pemerintahnya ga bisa menjamin kalo guru yang ditempatkan di pelosok itu bisa dapat gaji yang layak! Kalo pemerintah bisa ngasih kebijakan dan penetapan aturan yang jelas, guru-guru muda gue rasa mau aja ngajar dimanapun.
Waktu Menteri Keuangannya masih Sri Mulyani, penetapan APBN 2026 sudah dilakukan. Memang, 20% APBN 2026 itu buat pendidikan, angkanya juga terbesar sepanjang pemerintahan Indonesia berlangsung: 757,8 triliun. Angkanya naik 9,8% dari APBN tahun lalu: 690 triliun.
Dari 757,8 triliun itu 223 triliunnya untuk program MBG. Ada juga media internasional yang bilang anggaran MBG ini mencapai 335 triliun bila dihitung keseluruhan lintas sektor, tidak hanya melalui anggaran pendidikan.
Untuk anggaran tenaga pendidik, di tahun 2026 "cuma" Rp274,7 triliun. Termasuk: Tunjangan profesi guru non-PNS sekitar Rp19,2 triliun untuk 754.747 guru, tunjangan profesi dosen non-PNS sekitar Rp3,2 triliun, TPG ASN daerah sekitar Rp69 triliun untuk 1,6 juta guru, gaji dan tunjangan pendidik (PNS) sekitar Rp120,3 triliun.
Lu bisa liat sendiri, kebijakannya lebih condong buat siapa, kan?
Salah target
Inilah kenapa gue bilang kenapa twit tersebut salah target. Sejatinya kesejahteraan guru itu adalah tanggungjawab terbesarnya ada di pemerintah. Ketika dia "membenturkan" profesi guru dengan streamer, jadinya diskusi yang ga produktif.
Karena streamer dan guru itu sama-sama profesi yang dijalani oleh masyarakat biasa. Mereka berdua, sama-sama ikut terpengaruh sama kebijakan dari pemerintah. Keliatannya 2 profesi yang berbeda, dari sisi gaji/penghasilan mungkin iya, tapi mereka adalah individu yang sama.
Artinya, twit ini sedang membenturkan rakyat dengan rakyat. Ini ga bagus, harusnya rakyat bersatu untuk ngasih tau pemerintahnya kalo keadaan di akar rumput itu ga baik-baik saja. Bukannya sesama rakyat malah berantem.
Karena twitnya membenturkan sesama rakyat, akhirnya diskusinya ga produktif. Pemerintahnya mah ketawa-ketawa aja ngeliat rakyatnya pada berantem. Padahal yang bikin berantem ya dia-dia juga. Makin keliatan bodoh rakyatnya, kan?
Indonesia udah dibikin susah sama rezimnya, jangan nambah makin susah dengan berantem antar sesama! Jangan mau dibodoh-bodohin sama perdebatan yang ga produktif.
Ketika lu ngebenturin 2 profesi, diskusinya jadi melenceng. Dari yang harusnya pemerintah yang bertanggung jawab, jadinya streamer yang ga punya kuasa apa-apa sama gaji guru ikut kena.
Guru dan streamer punya jalan perjuangannya masing-masing. Membenturkan keduanya ga akan bikin guru jadi sejahtera dan ga bikin streamer bisa bantu guru jadi sejahtera.
Kalo mau guru punya kesejahteraan yang lebih baik, serang pemerintahnya. Kita ini harusnya bersatu neriakin pemerintah biar mereka ngerti. Kita jadi rakyat juga mesti pinter, jangan mau diadu sesama rakyat. Makin keliatan begonya.
Pemerintah itu bahagia kalo rakyatnya bego.
Lu mau pemerintah yang bahagia apa rakyat yang bahagia? Pilih jalan perjuangan lu dari sekarang.











.jpg)














