Pages - Menu

INI SKILL YANG DIPERLUKAN UNTUK DAPAT KERJA LEBIH CEPAT DI TAHUN 2023

Zaman sekarang ini tuh nyari kerja makin ke sini makin ke sana, guys. Saingan makin banyak, sementara lowongan pekerjaan makin dikit. Terlebih lagi untuk yang ga punya koneksi orang dalam perusahaan/instansi dan ipk nanggung (3 ga nyampe, 2,5 lewat). Mungkin ini ada hubungannya sama teori supply and demand market, ya. Kuantitas dan kualitas supplynya, ga sesuai sama demand market-nya.

Nyari kerja makin ke sini makin ke sana ya!

Kebutuhan marketnya pengen punya produk dengan kualifikasi level A. Ternyata, produk yang dihasilkan dari supplier justru kualifikasinya cuman level C atau B. Ga cocok jadinya, karna ga mungkin market nurunin kualitas. Tapi kita ga lagi ngomongin pasar dan produk.

Kita ngomongin kesesuaian lowongan pekerjaan yang tersedia dengan sumber tenaga kerjanya. Kebanyakan dari sisi suppliernya, dalam hal ini institusi pendidikannya dari berbagai jenjang, masih belum bisa menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan lapangan pekerjaannya.

Menurut  Menteri Pendidikan Republik Indonesia, yang gue kutip dari website kompas.com. 80% mahasiswa Indonesia bekerja tidak sesuai dengan jurusan kuliahnya. Besarnya persentasi ini dipengaruhi banyak faktor. Salah satunya udah gue sebutin di atas tadi. Berdsarkan data United States of Ameria (USA) tahun 2010, hanya 27% lulusan perguruan tinggi yang memiliki pekerjaan sesuai jurusan mereka.

Artinya, kebutuhan supplynya tidak bisa menyesuaikan dengan keadaan di lapangan. Padahal katanya setiap 2 tahun selalu ada penyesuaian kurikulum pendidikan. Tapi tetap aja kasus yang sama terulang kembali.

Mengutip dari pinterpolitik.com,  menurut Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang dirilis sama BPS, per Agustus 2022 jumlah pengangguran terbuka berjumlah 8,4 juta jiwa. Hampir 1 juta diantaranya adalah pengangguran lulusan perguruan tinggi. 

Banyaknya pengangguran salah satu sebabnya karna jumlah supply and demandnya ga seimbang

Biar makin kebayang perbandingannya, pada tahun 2022 jumlah mahasiswa/i yang lulus ada 1,85 juta. Sementara jumlah lowongan kerja yang tersedia 59.726. Keliatannya banyak, tapi ternyata jumlah ini merosot jauh daripada tahun sebelumnya yang bisa tembus di angka 507.799 lowongan kerja.

Anggaplah tiap tahun ada 500ribu lowongan pekerjaan di Indonesia, dengan jumlah lulusan per tahunnya ada 1,8 juta, artinya setiap tahun ada 1,3 juta pengangguran, dong?

Balik lagi ke inti dari tulisan ini: susah nyari kerja zaman sekarang. Sebagai gambaran aja nih buat kalian yang mungkin ga tau gimana susahnya nyari kerja zaman sekarang. Pengalaman gue tahun 2022, nyebar lamaran tiap hari minimal 2 biji, baru dapet kerja 3 bulan kemudian. 

Itupun setelah 2 tahun ga ada kerjaan sama sekali karena pandemi. Dengan kondisi ga ada orang dalam dan punya ipk nanggung yang tadi. Waktu itu gue ngambil momentum di awal tahun 2022 bulan Januari, baru dapat di bulan Maret.

Kalo setiap hari sebar lamaran 2 biji, artinya minimal ada 180 lamaran yang gue sebar sebelum gue bisa dapetin 1 pekerjaan. Itu yang terhitung lamaran yang dikirim via email. Belum lagi lamaran yang diminta isi lewat g-form, lewat website lamaran kerja, ataupun langsung lewat website perusahaannya.

perbandingan jumlah lamaran dan undangan test yang diterima

Hitungan kasarnya, gue udah ngirim lebih dari 200 an lamaran dalam kurun waktu 3 bulan itu. Itupun gue udah memilih lowongan pekerjaan yang sesuai sama kualifikasi yang diminta dan ngikutin work experience yang gue punya. Lu tau berapa kali gue dikasih kesempatan ikut tes? Cuman 3! Itupun udah termasuk sama kerjaan gue yang waktu itu.

Anggaplah totalnya 300 lamaran yang gue sebarin. Dengan fakta bahwa cuman 3 perusahaan/instansi yang manggil untuk ikut tes, artinya probalilitasnya 1:100 alias 0,01 doang. Bayangin, sekecil itu kesempatan untuk dapatin kerjaan.

Makanya, buat lu yang udah dapat kerjaan masih banyak ngeluh, baiknya dipikirin lagi deh. Bos lu yang toxic itu, temen kerja lu yang penjilat itu, kerjaan yang lu tangisin di dalam wc kantor jam istirahat, semua itu impiannya para pengangguran! Lu yang lagi punya kerjaan (setoxic apapun) saat ini, lu lagi hidup dalam mimpinya orang lain!

Iya gue tau kerja itu capek, tapi secapek-capeknya kerja, lebih capek lagi nyari kerja, guys! Kerja itu ga mudah, nyari kerja itu jauh lebih susah. Semua kerjaan akan selalu ada resiko dan kekurangannya. Tapi bukan berarti itu jadi alasan lu untuk berhenti kerja. 

Zaman sekarang tu susah cari kerja kalo ga punya skill tambahan. Makin susah lagi kalo ga punya networking yang ga berkualitas. Networking dikit gapapa, asal berkualitas. Maksudnya networkingnya punya info yang bermanfaat gitu. Zaman sekarang kalo ga punya jaringan tu rasanya rugi banget guys. Minimal punya hobi dan gabung ke komunitasnya kalo ada.

INI YANG DIPERLUKAN UNTUK DAPAT KERJA LEBIH CEPAT DI TAHUN 2023

Dengan punya hobi yang lu sukai, lu akan punya skill tambahan yang siapa tau bisa kepake di masa depan. Selain potensi skill yang bertambah, lu juga bisa nambah koneksi dari teman seperhobian lu di komunitas. Asal konsisten sama hobi yang lu kerjain sekarang, gue yakin 3-4 tahun lagi akan ada manfaatnya kok.

Oiya punya networking ini bukan berarti maksa temen lu untuk bisa kerja di tempat dia gitu ya! Ga gitu konsepnya, ya. Di sini kita punya networking bukan dimanfaatkan untuk ngemis kerjaan sama duit. Kalo gue, punya networking gue manfaatin untuk ngambil ilmu sebanyak mungkin dari mereka.

Kalo soal kerjaan, biasanya gue tanya begini "gimana caranya biar bisa masuk di perusahaan lu yang sekarang? Apa aja yang mesti gue lakuin?". Jadi jatohnya kita ga ngemis kerjaan, tapi kita minta diajarin sama dia yang udah punya pengalaman kerja di sana.

Mau nanti mereka bantuin lu untuk sekalian nyari kerjaan, itu urusan belakangan. Itu kan hak mereka yang mau bantuin. Intinya bukan lu duluan yang minta. Karena membantu itu perkara keikhlasan seseorang, bantuan itu didapatkan, bukan dipaksakan.

Alhamdulillahnya, gue punya temen-temen yang suportif banget. Salah satunya Mia Fajarani yang rela ngebantuin gue bikin cv bahasa Inggris. Semua demi bisa masuk perusahaan digital agency. Kalo ga dipaksa sama Mia untuk bikin cv bahasa Inggris, mungkin sampe sekarang gue ga punya cv itu kali.

Kalo pun networking lu ga berkualitas, gapapa juga. Minimal lu bisa kuasain bahasa Inggris, writing dan juga speakingnya. Writing udah gue jelasin di atas, kalo lu bisa nulis pake bahasa Inggris, minimal lu bisa bikin cv berbahasa Inggris. CV yang berbahasa asing akan lebih terlihat profesional di mata recruiter, terlebih kalo lu mau ngelamar kerja di perusahaan asing. Punya cv berbahasa Inggris akan bikin kesempatan lu dapat kerja terbuka lebih lebar.

Gue saranin untuk ga meremehkan untuk punya skill bahasa asing ini. Kalo zaman dulu mungkin gapapa ga bisa bahasa asing/inggris. Tapi zaman sekarang tu kayak wajib punya skill ini. Instansi pemerintah aja, kalo mau lolos administrasi cpns ada yang mewajibkan melampirkan sertifikat tes TOEFL. 

Artinya, wajib banget untuk pencari kerja menguasai bahasa Inggris. Kalo writingnya untuk percakapan via text dengan recruiter dan juga bikin cover letter beserta cv berbahasa inggris, maka speakingnya akan sangat berguna untuk interview nantinya.

Speaking Skill Bahasa Inggris itu penting

Ini cerita gue ketika apply lewat portal lowongan kerja ke perusahaan. Nama perusahaannya Indonesia waktu gue apply di sana. Karna mungkin work experiences + portofolio gue cocok sama kualifikasi mereka, gue dikontak via whatsapp. Nah, orang yang ngontak gue itu ternyata dari Malaysia. Dia mau langsung interview gue via telepon.

Tentu aja gue panik, karena ga punya pengalaman interview berbahasa Inggris sebelumnya. Interview gue berbahasa Inggris itu cuman sekali waktu seleksi untuk ikutan ASEAN Cyber Security Programs dari ASEAN Foundation. Itu pun bukan untuk cari kerja, tapi semacam workshop online gitu. Jadi gue grogi banget ketika diminta interview begitu.

Ketika udah interview rasanya lega banget, karena itu pengalaman pertama gue interview kerja berbahasa Inggris seumur hidup. Akhirnya bikin gue ketagihan untuk dapatin kesempatan interview itu lagi wahahaha! Seru belajar sekalian praktik juga biar tau sejauh apa kemampuan speaking gue selama ini.

Zeena Majali Co-CEO Crystel, salah 1 perusahaan contact centre di Yordania, mengungkapkan kepada CNBC di acara "Access: Middle East" kalo tantangan terbesar untuk seorang pencari kerja adalah penguasaan bahasa asing. Kata dia, untuk kerja di Crystel minimal punya keahlian bahasa asing dan lulusan universitas.

Artinya, sekarang tuh perusahaan akan lebih memprioritaskan calon pekerja yang memiliki keahlian bahasa asing. Menurut gue, belajar sekarang ga ada salahnya. Daripada lu ga punya skill apa-apa lagi, ya kan? Lagian ga ada kata terlambat untuk belajar, kok. Asalkan lu sungguh-sungguh belajarnya dan niatnya untuk bisa memperbaiki kehidupan lu.

Kalo lu statusnya masih Fresh Graduate, ga perlu ngotot untuk punya kerjaan yang selevel manager. Terlebih lu kondisinya ga punya orang dalam dan ipk nanggung. Kecuali bapak lu CEO di perusahaan itu, nah bisa tuh lu langsung masuk jadi manager.

Dunia kerja itu dunia yang beda total sama dunia perkuliahan/sekolah lu. Jadi kalo lu FG dan merasa paling banyak ilmunya di dunia kerja, lu salah besar. Karna lu cuman "bayi" yang baru lahir ke dunia ini di mata HRD/recruiter perusahaan. Pengalaman lu 0 besar di dunia kerja, meskipun lu pernah ambil mata kuliah PKL/magang di perusahaan.

Gapapa juga mulai dari bawah, meniti karir itu perlu biar lu ngerti yang namanya "proses". Belum punya pengalaman apa-apa udah mau ngisi posisi penting di perusahaan orang, lu siape? Anak pejabat? Chuaakks!

No comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar yang sesuai dengan isi dari tulisan ini. Hargai dengan tidak berkomentar sekadar hanya untuk menaruh link blog anda. Terimakasih. Buat yang terindikasi spammer, akan langsung saya hapus dan report spam.