Pages - Menu

HALAMAN PENTING

The Blacklist Review Bahasa Indonesia

The Blacklist adalah serial televisi yang akhirnya berhasil gue tamatkan setelah sekian lama. Gue udah ngikutin serial ini sejak tahun 2013-an. Serial ini sebenarnya sudah tamat sejak 13 Juni 2023 lalu. Akhirnya bisa gue tamatkan di Netflix setelah 2 tahun terlewat. Alasannya karena sibuk kuliah + ga ada waktu buat nontonnya juga.

review serial the blacklist

Padahal ada banyak serial yang gue tamatkan sebelum bisa nonton The Blacklist ini mwehehehe! Emang ga ada waktunya aja, sih. Soalnya panjang banget sampe 10 season dan ga mungkin bisa ditonton dalam 1 kali periode doang. Harus dicicil satu-satu sampe habis ke episode terakhir.

Dari sekian banyak serial yang gue tonton, menurut gue The Blacklist salah satu serial yang anti-klimaks di ujungnya. Tapi meskipun begitu, justru ada pesan kuat buat penontonnya. Nanti gue kasih tau.

Sinopsis The Blacklist

Sederhananya The Blacklist menceritakan seorang buronan nomor 1 FBI -bernama Raymond Reddington (biasa dipanggil Red)- yang secara "sukarela" menyerahkan dirinya ke FBI. Namun ternyata penyerahan dirinya ini memiliki kepentingan lain. Yaiyalah! Mana ada penjahat nomor 1 FBI menyerahkan diri gitu aja tanpa ada syaratnya?

Elizabeth Keen The Blacklist

Red (diperankan oleh James Spader) menyerahkan diri tapi dia ga mau ditahan, sebagai "imbalannya" dia bakalan ngasih tau "Daftar Hitam" penjahat-penjahat  yang selama ini diburu sama FBI. Selain itu juga, dia cuman mau bekerjasama dengan 1 agen FBI bernama, Elizabeth Keen (Megan Boone).

Awalnya Keen ga tau kenapa dia yang dipilih sama Red untuk kerjasama. Padahal Keen ga pernah nanganin kasusnya Red, bahkan baru pertama kali ketemu dia. Tapi Red justru tau sama anak ini. Kok bisa? Disinilah inti serial ini sebenarnya.

Keen ga sendirian, dia dibantu satgas yang support kerjaannya bersama Red. Begitupun dengan Red, dia juga punya timnya sendiri. Anehnya, Red bisa merahasiakan timnya ini ke FBI tapi FBI ga bisa merahasiakan apapun ke dia. FBI kayak berada dalam kuasanya  gitu.

The Blacklist ga cuma menceritakan tentang penangkapan penjahat buronan FBI. Serial ini juga membongkar misteri hubungan Red dengan Keen lapisan demi lapisan. Bagaimana jejaring kejahatan Red ini bisa terhubung satu dengan yang lainnya dan mengaraha kepada Keen diceritain di serial ini.

Review The Blacklist

2 karakter utama serial The Blacklist ini awalnya sangat bertolak belakang. Red yang berada di dunia kejahatan seumur hidup harus berpartnet dengan Keen. Elizabeth Keen sendiri sebenarnya rookie di FBI, dia baru lulus akademi dan langsung terjun ke lapangan berhadapan dengan penjahat nomor 1 di Bumi.

James Spader The Blacklist

Season awal tu semacam kayak perkenalan setiap karakter yang akan terlibat di serial ini. Tapi pelan-pelan juga disisipin petunjuk sebenarnya Red dan Keen ini siapa. Petunjuk yang dikasih tau itu bener-bener sedikit banget sekali. Jadi penonton tu ga bisa bener-bener tau petunjuk ini tuh buat siapa/apa kalo ga nonton kelanjutannya.

Setelah beberapa season berjalan, pengembangan karakter utamanya mulai terlihat. Keen yang awalnya sangat idealis terhadap dunia kejahatan, mulai melihat dunia "seberang" sebagai hal yang normal. Pengaruh bekerjasama dengan Red begitu besar sampe akhirnya mengaburkan keputusannya setiap kali berhadapan masalah.

Red, mau seberapapun kuatnya melarang Keen untuk "menyebrang" ke dunianya, tetap ga punya kendali terhadap Keen. Wanita ini punya prinsipnya sendiri dan tidak mudah dipengaruhi orang lain. Meskipun gue yakin mindset Keen bergeser dari dunia putih ke hitam juga gara-gara Red.

Bayangin aja selama lebih dari 10 tahun kerjasama dengan penjahat. Mau sekuat apapun mindset lu, kalo terpapar sama pemikiran buronan nomor 1 tiap hari, pasti goyah juga. 

Buat gue sih perkembangan karakter serial ini tergolong lambat dan ga terlalu signifikan keliatan di serialnya. Mungkin secara fisik dan materiil ga keliatan. Tapi justru dari sisi mindset dan prinsip dari karakternya malah keliatan berbeda dari season 1 ke 10. Hampir semua karakternya jadi "menyebrang" ke dunia yang lain.

Ini menunjukkan sisi manusia yang sesungguhnya. Bahwa manusia pada akhirnya cepat/lambat akan berubah sesuai dengan lingkungannya. Sekuat apapun punya mindset, kalo memang terpapar secara kuat dan setiap hari, mau ga mau akan bergeser juga. Mungkin dari sisi materiil/fisik ga terlihat, tapi dari sisi pemikiran akan terbaca.

Beberapa season menjelang akhir, karakter Keen akhirnya "dimatikan". Ada yang bilang ga sepakat soal kontrak, ada yang bilang Megan Boone mau ngejar kesempatan yang lain. Intinya Keen ga "menemani" Red sampe akhir. 

Kayaknya sih harapan gue ketinggian sama serial ini. Soalnya dari awal menjanjikan sesuatu banget ceritanya. Penuh misteri, puzzle yang kompleks dan set karakternya yang punya backstory  cuman seuprit dikasih taunya. Gue berharapnya serial ini punya big reveal yang mengejutkan.

Tapi memandang POV dari sisi yang lain, kayaknya si sutradara pengen ngasih liat sisi manusianya Red. Karena dari season awal sampe menjelang akhir terlihat sangat over power. Sangat untouchable sama pihak berwajib dan licin banget escape plan-nya. Bahkan satgas Keen aja ga pernah tau rencana kaburnya Red. Gila ga?

Satu momen yang paling epic menurut gue adalah ketika dia ditangkap dan harus menjalani sidang di pengadilan. Red bingung banget siapa orang yang bisa nangkap dia? Dia yakin banget jejaringnya udah ngecover semua instansi, ga mungkin ada info yang ga dia tau.

The Blacklist

Ketika dia ditangkep mau ga mau harus disidang. Dari sinilah dia makin keliatan over power, dia ga mau ditemenin sama pengacara. Alias dia sendiri yang mewakilkan dirinya untuk membela diri, gokil! Gue amaze banget pas scene ini, dia bener-bener punya argumen kuat dan meyakinkan di depan hakim.

Gara-gara skill passive Red ini gue malah terinspirasi untuk bisa kayak dia wahahahak! Maksudnya bukan lolos ngakalin aturan, ya. Tapi dalam arti punya jejaring yang luas gitu, jadi ga gampang ditipu sama orang.

Karena menurut gue, kalo udah punya duit yang unlimited kayak si Red ini, langkah berikutnya adalah punya networking yang unlimited juga. Reymond Reddington adalah representasi paling pas untuk menggambarkan seseorang yang punya uang dan kekuasaan sekaligus.

Orang bermental miskin menganggap punya banyak uang adalah tujuan akhir. Padahal percuma kalo punya duit tapi ga punya power. Tetap bakalan dimanfaatin juga sama yang berkuasa. Tapi ketika lu punya duit dan kekuasaan, lu akan jadi untouchable. Itulah yang dicari sama orang-orang kaya yang jadi caleg di pemerintahan.

Pesan moral(?)

Sebenarnya ending The Blacklist di season 10 buat gue semacam anti-klimaks. Semua kekuatan Red dispill, tapi untuk dihancurkan. Sampai di episode terakhir, Raymond akhirnya bener-bener "sendirian".

Ending yang sangat bertentangan dengan seluruh epidsode sebelumnya. Sosok Red yang digambarkan begitu powerfull dan resourcefull, sangat untouchable, pada akhir perjalanannya malah sendirian.

Mungkin aja penulis ceritanya kepengen ngasih tau kalo orang sekuat Red ternyata pada akhirnya tetap sendiri. Mau lu punya uang sebanyak apapun, kekuasaan sebesar apapun, kenyataannya lu tetap sendirian di dunia ini.

Harta yang banyak akhir lu tinggalkan kepada mereka yang masih hidup. Kekuasaan yang lu punya ga ada artinya ketika udah habis masanya, ga ada artinya. Semua yang lu miliki, pada akhirnya akan lu tinggalkan juga.

Pesan moral yang dalam banget dari sebuah serial buronan kelas kakap. Menurut gue ending ga harus kayak begini. Mungkin bisa lebih elegan dan sedikit lebih happy ending. Tapi sosok Raymond Reddington bukanlah pahlawan, dia villain untuk masyarakat. Dia memang sudah seharusnya berakhir sad ending.

Overall

Sebagai tonton serial kejahatan tontonannya cukup menghibur. Adegan kekerasannya bisa dibilang masih soft. Adegan dewasanya juga ga terlalu vulgar, tapi tetap untuk tontonan 17 tahun ke atas aja, ya. 

Menurut gue The Blacklist layak dapat skor 8/10, meskipun di 3 season terakhir agak-agak drop kualitas ceritanya. Lu bisa nonton serial The Blacklist di Netflix, ya!

PANDJI PRAGIWAKSONO MENS REA JAKARTA 2025

Mens Rea standup comedy special-nya Pandji Pragiwaksono adalah acara yang gue tunggu-tunggu sejak tahun 2024, akhirnya terlaksana juga. Hype-nya udah dibangun sejak setahun sebelumnya sampe ke hari H di tanggal 30 Agustus 2025. Soal marketing dan branding sih Pandji Pragiwaksono udah ga diragukan lagi. Gue banyak belajar dari dia 2 hal ini.

review mens rea jakarta

Gue beli tiket kelas diamond pada periode pre-sale atau istilah di inner circle-nya Bang Pandji: Periode Wongsoyudan. Periode ini merupakan saat tepat untuk membeli tiket special show Pandji pada harga paling murah. Tapi harus war 1 tahun lebih dulu sebelum hari H.

FYI, tiket kelas diamond adalah tiket dengan posisi tempat duduk paling depat dekat panggung. Selain itu, pemegang tiket Mens Rea kelas diamond juga punya akses eksklusif ke Comika Lounge. Lounge yang khusus disediakan untuk bisa berinteraksi langsung sama Bang Pandji dan foto-foto bareng sama dia sebelum acara.

Sebenarnya mengamankan tiket diamond ini sebagai bentuk evaluasi dari konser sebelumnya. Waktu nonton konser Avenged Sevenfold gue milih tiket yang ada tempat duduknya. Kalo diliat dari denah tu deket sama panggung, ternyata ga sedekat itu. Padahal harga tiketnya nomer 2 paling mahal.

Gue ga banyak nonton standup special, cuman komika tertentu dan emang lagi ga sibuk aja baru nontonin. Pandji memang salah satu komika yang gue tunggu sejak lama. Dia jarang banget mampir ke Banjarmasin, eh pas dia mampir waktu tur Komoidoimenoi gue yang ga bisa nonton!

Makanya ketika Mens Rea ga mampir Banjarmasin, gue yang nyamperin dia ke Indonesia Arena. Sekalian jalan-jalan juga, daripada sumpek kerja mulu dan emang lagi ada budgetnya juga. Buat gue nonton bang Pandji ga akan mengecewakan karena dia juga punya standar yang tinggi kalo bikin sesuatu.

Mens Rea standup special ini sebenarnya ga cuman pertunjukkan standup aja. Tapi lebih ke comedy experience. Meskipun pertunjukkan utamanya baru dimulai 19.00 WIB, tapi area sekitar venue-nya dibuka dari jam 11.00 WIB. Ngapain dari siang di sana? Ada banyak aktivasi yang bisa dijelajahi dari para sponsor dan partner pertunjukkan ini.

Salah satu fasilitas utamanya karena banyaknya tenant makanan dan minuman. Ga takut kelaparan/kehausan meskipun datangnya dari siang. Fasilitas lainnya yang bisa dinikmati ada musholla yang tersedia hampir di setiap lantai. Ada juga tempat leyeh-leyeh sambil nunggu acara utamanya kayak di "Bioskop Comika".

Opener Mens Rea

Mens Rea Jakarta membawa 2 komika pembuka: Ben Dhanio dan Dany Beler. Ben Dhanio merupakan komika yang memenangkan audisi opener lokal Mens Rea Jakarta. Kalo Dany Beler merupakan opener nasional Mens Rea Jakarta. 2 orang ini yang membuka show spesialnya Bang Pandji masing-masing sekitar 10-15 menitan.

Gue salah satu yang suka sama penulisannya Bang Dany. Rapi banget materinya trus relevan juga sama keadaan mayoritas penontonnya. Salah satu komika spesialis korporat ini udah ga diragukan lagi performanya. Memang ga salah beliau ditunjuk jadi opener nasional Mens Rea finale.

Para opener tur mens rea dan opener nasional Danny Beler

Gue baru liat langsung Ben Dhanio di show kali ini. Materinya terbilang cukup "berani" ngebahas hal yang sensitif. Sayangnya durasinya menurut gue agak tanggung, kurang lama dikit. Mas Ben bentar lagi juga punya spesialnya sendiri, udah pantas menurut gue.

Overall, 2 opener Mens Rea Jakarta memuaskan banget. 2 orang yang memang layak berada di Indonesia Arena. Dua-duanya punya materi yang "belang", jadi penonton dikasih suguhan yang beragam. 3 orang, dengan 3 kepribadian yang berbeda, penonton dapat semuanya.

Mens Rea Pandji Pragiwaksono

Pandji selalu bilang di setiap promo Mens Rea materinya 100% tentang politik. Buat orang yang ga ngerti politik, bakalan ngerti politik, buat yang udah paham jadi makin melek sama politik. Ga harus paham politik untuk nonton Mens Rea.

Materinya Mens Rea itu bukan cuma tentang politiik. Buat gue Mens Rea itu kayak "nampar" masyarakat Indonesia bahwa kita ini masih "goblok" berpolitik. Makanya menurut keyakinan gue, wakil rakyat yang dipilih, trus pemimpin-pemimpin daerah yang dipilih juga rata-rata pada.... ya gitu.

Kita tuh dibikin sadar kalo orang-orang di DPR dan pejabat pemerintahan yang ada sekarang, datangnya ya dari kita juga. Materi Mens Rea menyadarkan bahwa kita, masyarakat Indonesia, adalah kunci dari pemerintahan yang baik. Ga mungkin ada orang goblok yang jadi wakil rakyat kalo ga dipilih sama rakyat.

Jadi, anggota DPR yang ada di Senayan itu datangnya dari kita juga yang milih mereka. Kalo kita bilang dia bodoh, ya karena kita-kita yang bodoh ini juga yang milih dia awalnya. Anggota DPR kan dipilih sama rakyat, sama kita-kita, bukan sama partainya.

Makanya gausah kaget kalo ada anggota DPR/kepala daerah yang ngomongnya ngaco. Karena dia dipilih sama lu lu pada, bukan tiba-tiba ada di posisi itu. Kalo lu mau pemerinttahnya baik, lu juga harus milih orang yang baik.

Gue hampir ga percaya ini, tapi di Mens Rea kami diajarain cara milih pejabat. Menurut gue, hal kayak gini ga perlu dikasih tau, kalo masyarakatnya pinter. Sayangnya masih banyak yang goblok sampe yang wajib begini harus dikasih tau segala.

Padahal masyarakat itu tau gimana caranya milih jodoh, ada 3 kriteria: bibit, bebet bobot. Tapi kalo milih pejabat kok malah milih yang ganteng lah, yang keliatannya baik lah (meskipun baik beneran tapi kan ga make sense), bahkan habis milih orangnya kita lupa namanya.

Kalo milih jodoh aja ada 3 kriteria, masa milih pejabat kriterianya cuman 1? Itu aja udah aneh, makanya yang terpilih kebanyakan aneh-aneh kelakuannya, kan?

Meskipun dibilang materinya 100% ngebahas politik, tapi kalo menurut gue Mens Rea punya 2 tema besar yang dibahas. Tema pertama sudah jelas politik, tema kedua adalah kesehatan mental. Ketika lu baca kesehatan mental, pasti kebayangnya berat banget pembahasan ini. Gue pastikan Pandji membawakan materi kesehatan mental dengan ringan dan gampang dimengerti.

Materi perihal kesehatan mental ga nyangka bisa bikin penonton jadi sing a long. Setidaknya ada 10.000 penonton yang nyanyi bareng, padahal ini lagi stand up, kok bisa? 

Materi Mens Rea

Sejujurnya gue berharap materi Mens Rea jauh lebih berat daripada ini. Pengennya seberat materi Mesakke Bangsaku yang pemilihan topiknya antimainstream. Mens Rea justru memberikan materi yang menurut gue ringan. Mungkin karena pengennya mengedukasi orang-orang yang baru melek dunia politik.

Bit demi bit yang dilontarkan targetnya bukanlah nama yang disebut sama Bang Pandji. Justru target utamanya adalah orang-orang yang memilih anggota dewan itu. Mayoritas bit dan materinya adalah edukasi ke pemilihnya, meskipun ada juga kritik tentang kebijakan pemerintah.

Mungkin ekspektasi gue yang ketinggian, karena ini seorang Pandji yang udah punya 10 spesial show. Gue tuh ngebayangin Pandji ngebahas kebijakan-kebijakan politik yang ga berdampak ke masyarakat, tapi berdampak ke golongan tertentu aja. Tapi gue lupa, Mens Rea targetnya bukan politisinya, tapi pemilihnya.

Soalnya yang bikin kebijakannya aneh-aneh tu politisinya. Politisi dipilih sama siapa? Ya masyarakat juga, kan? Wajar banget yang digoyang tu mindset pemilihnya, bukan yang dipilih. Karena kuncinya ada di masyarakat pemilihnya.

Percuma bikin politisi cerdas kalo memang aslinya udah ga jelas duluan. Lebih baik bikin masyarakatnya cerdas dulu, biar milihnya juga ga ngasal. Mens Rea mengajarkan masyarakat untuk lebih cerdas dan kritis terhadap politisi, terutama sama yang kita pilih.

Selain cerdas memilih politisi, kita juga harus tau kalo kesehatan mental sama pentingnya kayak kesehatan fisik. Pandji memberi highlight kalo selama ini penanganan masalah kesehatan sering tertukar. Masalah mental diselesaikan secara spiritual (stress dengan ruqiyah). Masalah fisik diselesaikan secara mental.

Karenanya kita perlu melakukan identifikasi awal masalah kesehatan yang dihadapi. Apakah ini fisik, mental atau spiritual? Agar bisa ditangani dengan tepat dan lebih cepet selesai juga. Gue juga baru tau di Mens Rea kalo ternyata ke psikolog itu ditanggung BPJS asal di Puskes sekitar lu ada psikolognya. Kalo ga ada, coba ajukan permintaan pengadaan psikolog.

Bit favorit gue ketika Bang Pandji ngasih easter egg dengan membawakan salah 1 bit legendarisnya. Bit yang masih tetap lucu meskipun udah 10 tahun dibawain. Itu bit cuman buat orang-orang yang udah ngikutin dia dari lama. Buat yang FOMO baru ngikutin dia ga akan relate sama bit itu.

Bit terapis anjing buat gue juga memorable. Karena ini materi yang "sangat Pandji", bit yang aneh, absurd dan sama sekali ga ketebak wahahaha! Bahkan ada bit lain yang polanya sejenis kayak begini, dia lagi ngelist nama-nama pejabat jadul tau-tau malah selebrasi gol, dong! Kaget dan random banget wahahahak!

Orang-orang taunya Pandji bisa bikin materi dengan topik yang berat jadi ringan. Tapi pola bit sejenis macam terapis anjing ini, selalu ada di setiap spesial shownya Pandji. Buat orang lain mungkin ini bit yang aneh, tapi memang bang Pandji doyang banget ngerjain penontonnya kayak begini.

Overall

Kalo udah ada digital streaming-nya, gue sarankan lu untuk nonton. Mau lu ga ngerti politik, ngerti politik dikit, atau terlibat di dunia politik atau bahkan ga mau tau soal politik, nonton aja. Kalo ga ngerti materi politiknya, minimal lu bakalan ngerti materi kesehatan mentalnya.

Buat gue sih, materi Mens Rea lebih ringan daripada materi Mesakke Bangsaku yang pernah gue tonton DVD-nya. Cocok buat lu yang pertama kali nonton Pandji dan kepengen tau gimana sih standup comedy itu?

Kalo lu sendiri, pernah nonton standup spesialnya siapa? Ceritain dong di kolom komentar!

Cerita dadakan ke Jakarta: Hari Kedua

Setelah keriweuhan hari pertama mendarat di Jakarta, hari kedua dimulai dengan agak kesiangan. Bangun tidur sekitar pukul 8 karena kurang tidur di kamar hotel. Perkaranya simpel: ada lukisan mirip Nyi Roro Kidul di atas kepala gue. Seumur hidup baru kali ini gue takut sama lukisan.

Akhirnya sukses bikin gue ga nyenyak tidur. Sambil tidur gue nyalain tv dan ga matiin lampu kamar. Bangunpun kesiangan dan masih ngantuk karena kurang tidur. Untungnya gue bawa "doping" vitamin dari rumah. Gue ga mau sakit pas lagi bepergian kayak begini, sayang banget waktunya kebuang.

Rencana untuk jalan pagi di sekitaran hotel pun batal. Padahal ada taman kota yang pengen banget gue telusurin. Niatnya tuh nelusurin tamannya sekalian jalan pagi di sana, sekalian bakar-bakar kalori gitu. Ternyata niatnya terpatahkan akibat lukisan di kamar hotel. Kayaknya next time nginep di sana mau minta diturunin lukisannya aja, deh.

Hari kedua di Jakarta gue misah setengah hari sama orang tua. Setelah sarapan bareng di sekitaran hotel kami ngerjain agenda masing-masing. Mereka langsung ke ITC Mangga Dua dari hotel, sementara gue ke Bekasi.

2 bayi vintage gue orderin mobil online, karena mereka ga ngerti pake transum MRT/TJ yang harus transit. Agak gaptek dan gue juga males jelasinnya, kita pilih cara gampang aja gapapa bayar mahal dikit. Gue ke Bekasi seperti biasa "transum hopping" alias pake transum yang transit-transit.

Emak-bapak gue tujuannya ga lain adalah belanja. Daridulu kalo ke Jakarta pasti agendanya belanja. Beda banget sama gue, kalo jalan-jalan tuh tujuannya kulineran dan cari experience yang baru. Ketemu temen-temen yang ada di kota itu, atau ke lokasi-lokasi otentiknya kayak museum, perpustakaan atau taman kotanya.

Perjalanan ke Bekasi sempat diwarnai dengan kebingungan. Sebenarnya udah pernah ke Bekasi dan ke rumah Benaaa. Tapi saking lamanya jadi lupa gimana dan naik apa ke sananya. Akhirnya sempat turun naik stasiun karena kebingungan dan akhirnya memutuskan untuk make gojek dari stasiun Cawang ke rumahnya Benaaa.

Agenda ke Bekasi gue gunakan untuk ketemuan sama Benaaa dan Hana. Cuman 2 orang itu aja yang jadwalnya lagi kosong saat itu. Kami ketemunya di rumah Benaaa dan seperti biasa bundanya selalu masakin makanan yang enak buat kami. Sayang banget sama bundanya Benaaa!

Kami ngobrol dari jam 1 sampe jam 3 sore. Saking asiknya ngobrol sampe lupa bikin dokumentasi kegiatan alias foto-foto.  Untungnya sebelum pulang masih sempet foto-foto dulu. Biasanya kan emang gitu, kalo udah keasikan ngobrol  udah lupa waktu sama kondisi, tau-tau mau pulang aja.

Sebenarnya masih kurang ngobrolnya, tapi apa boleh buat mereka juga ada agenda lain. Gue sih yang penting quality time-nya dapet. Semoga nanti bisa ketemu sama mereka lagi kalo ada rezekinya.

Setelah dari rumah Benaaa, dari Bekasi gue langsung ke Stasiun Jakarta Kota untuk nyamperin emak-bapak yang masih belanja sampe sore. ITC Mangga Dua udah mau tutup waktu gue ke sana. Pengennya makan malam di sana, akhirnya jadi makan buru-buru karena tempat makannya mau tutup juga.

Balik ke hotel lagi pake KRL biar hemat kata bapak, yaudah gue mah ngikut aja. Asal ga ngeluh kecapean aja si hahaha! Setelah nyampe hotel kami makan nasi goreng depan hotel lagi karena transit-transit naik transum cukup menghabiskan tenaga apalagi bawa belanjaan.

Hari kedua berjalan dengan lancar semua agenda terlaksana. Ga ada hambatan berarti, paling cape doang tapi itu mah biasa karena ga punya kendaraan pribadi.