Bleeding Steel: Jackie Chan Masih Belum Habis

Bisa dibilang dari kecil gue udah dicekokin sama film-filmnya Om Jackie Chan sama bapak. Karna itulah gue ngefans sama dia sampe sekarang. Udah banyak banget film Jackie Chan yang gue tonton. Kalo dibikin list-nya mungkin bakal kepanjangan. Bisa jadi dari semua film yang udah pernah gue tonton itu hampir separonya film dia.

jackie chan
via youtube.com

Jadi ketika gue nonton Bleeding Steel ini, gue berekspektari kalo film ini ga akan kalah seru sama kaya film-filmnya yang terdahulu. Minimal sama kualitasnya. Meskipun kita semua tau kalo Jackie udah ga muda lagi.

Satu-satunya yang bikin gue sedih adalah fakta kalo Om Jackie udah ga muda lagi. Jadi gerakannya ga segesit dulu lagi. Meskipun kualitas filmnya menurut gue masih sama bagusnya kaya yang film-film Jakcie Chan yang lain.

Sudah cukup basa-basinya!

Film Bleeding Steel dibuka dengan adegan tembak-tembakan yang seru antara pasukan anti teror Opsir Lin Dong yang akan menyelamatkan seorang dokter dari pasukan Bioroid yang ingin mencuri hasil temuannya. Pada saat bersamaan Lin juga harus melihat kondisi anaknya, Xixi yang sedang kritis di rumah sakit. Namun Lin lebih memilih untuk menunaikan tugas negara daripada tanggung jawabnya sebagai ayah.

Pasukan Lin banyak yang terluka karna pertempuran dengan pasukan Bioroid tersebut. Meskipun begitu pemimpin pasukan Bioroid, Andre, juga terluka cukup parah sehingga dia menaruh dendam kepada Lin.

Intinya sih film ini berkutat di family issue. Hubungan ayah dan anak yang harus terpaksa dipisahkan karna suatu hal. Ceritanya dibalut dengan adegan action khas Jackie serta drama melankolis antara Lin Dong dan Xixi (Ouyang Nana).

bleeding steel
via helloasia.com.au

Meskipun adegan tarungnya sudah agak berkurang banyak daripada film-filmnya terdahulu, tetapi aksi Jackie Chan di Bleeding Steel ini masih enak buat dinikmatin. Untuk penikmati film laga, Bleeding Steel menarik untuk disimak adegannya.

Humor-humor ala Jackie Chan juga masih terselip di film ini. Pengambilan gambar yang ciamik bikin humor yang ada di sini (dan juga film-film sebelumnya) selalu unik dan susah buat ditiru. Kemampuan bela diri Jackie dengan manfaatin barang disekitarnya buat ngelawan musuhnya selalu gue tunggu.

Yang gue suka dari film Jackie Chan adalah dia selalu berkembang ngikutin zaman. Kalo dulu temanya ga jauh-jauh dari kerajaan dan legenda-legenda, sekarang temanya lebih kekinian dengan pendekatan fiksi ilmiah.

Meskipun ngikutin perkembangan zaman, tapi Bleeding Steel juga rada absurd sih menurut gue. Hampir mirip kaya ending Ayat-Ayat Cinta 2 yang terlalu dipaksain itu. Tapi ya namanya juga film fiksi ilmiah mana ada yang realistis sih? Semua bisa asal sutradaranya jago ngayal. Terlebih lagi, mana ada film yang realistis, sih? Meskipun based on true story, menurut gue ga semuanya sesuai sama realita.

Yang sesuai sama realita itu cuman film dokumenter deh kayanya haha.

Dengan adanya film baru di tahun 2018 ini, ngebuktiin kalo Om Jackie masih belum "habis". Kemampuan dia jadi aktor sekaligus sutradaranya masih mumpuni sampai sekarang. Terbukti, umur bukan halangan buat berkarya. Mestinya yang muda-muda kaya kita ini harus jadi termotivasi biar bisa kaya beliau. Udah berumur begitu masih bisa bikin karya keren.

Bleeding Steel ini kategori film dewasa alias 17+ ya gaes! Jadi dilarang bawa anak kecil atau bocah belum cukup umur. Soalnya rata-rata ada adegan berdarah-darahnya dan ada vulgarnya juga. Jadi diharapkan buat yang nonton untuk tau diri dan ngerti perasaan orang lain, untuk ga bawa anaknya atau cucunya.

0 Comments:

Post a Comment

Silahkan berkomentar yang sesuai dengan isi dari tulisan ini. Hargai dengan tidak berkomentar sekadar hanya untuk menaruh link blog anda. Terimakasih. Buat yang terindikasi spammer, akan langsung saya hapus dan report spam.